HOLOPIS.COM, JAKARTA – Malam Nisfu Sya’ban yang merupakan salah satu waktu mulia dalam Islam akan dimulai pada hari ini, Selasa (7/3), bersamaan dengan datangnya tanggal 15 di bulan Sya’ban atau bulan kedelapan di Kalender Hijriah.
Sama halnya dengan hari-hari dalam Islam lainnya, malam Nisfu Sya’ban juga memiliki sejarah atau asal muasal yang menarik untuk diketahui. Lantas seperti apa sejarahnya?
Sejarah malam Nisfu Sya’ban
Sebagaimana dikutip Holopis.com dari laman resmi Nahdlatul Ulama (NU Online), malam Nifsu Sya’ban memiliki arti malam pengampunan dosa, malam berdoa dan malam pembebasan.
Adapun untuk istilah malam Nisfu Sya’ban ini sebenarnya baru muncul di zaman Tabi’in atau setelah masa Rasulullah Muhammad SAW.
Dikutip Holopis.com dalam kitab Al-Mawahib Al-Laduniyah, karya Al-Imam Al-Qasthalani, peringatan malam Nisfu Sya’ban dimulai saat Tabi’in dari tanah Syam, seperti Khalid bin Ma’dan dan Makhul bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam Nisfu Sya’ban, yang kemudian diikuti oleh orang-orang di Tanah Syam.
Kemudian ketika perayaan malam Nisfu Sya’ban viral, orang-orang berbeda pandangan menanggangapinya. Sebagian menerima, dan sebagian lain mengingkarinya.
Mereka yang memgingkari adalah mayoritas ulama Hijaz, termasuk dari mereka Atha’ dan Ibnu Abi Malikah. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari kalangan fuqaha’ Madinah menukil pendapat bahwa perayanan malam Nisfu Sya’ban seluruhnya adalah bid’ah. Ini juga merupakan pendapat Ashab Maliki dan ulama selainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang mula-mula memulai peringatan malam Nisfu Sya’ban adalah segolongan ulama Tabi’in daerah Syam. Artinya, peringatan malam Nisfu Sya’ban ini belum ada pada zaman Rasulullah dan Sahabat, dan baru ada pada zaman Tabi’in.
Adapun untuk peringatan malam Nisfu Sya’ban yang kini banyak dilakukan oleh mayoritas muslim di Indonesia itu dasarnya adalah mengikuti perbuatan segolongan ulama Tabi’in dari negeri Syam, atau yang kini dikenal dengan negeri Suriah.