HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras pada bulan Januari-April 2023 sebesar 13,79 juta ton.
Potensi produksi beras ini mengalami peningkatan sebesar 80 ribu ton dibandingkan hasil produksi pada Januar-April 2022 sebesar 13,71 juta ton.
Sayangnya produksi beras yang meningkat ini tidak lantas membuat harga beras mengalami penurunan, atau sebaliknya justru mengalami peningkatan.
Hal ini dipicu dari curah hujan yang tinggi sehingga berdampak pada meningkatnya biaya produksi beras.
“Secara produksi gabah berpotensi naik, tapi curah hujan yang tinggi di Februari mengakibatkan gabah yang dipanen ini jadi tidak baik kondisinya,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam keterangan yang diterima Holopis.com, Rabu (1/3).
Akibatnya, dalam proses penggilingan dari gabah menjadi beras, dibutuhkan biaya tambahan. Para penggiling beras harus menggunakan blower atau mesin pengering, agar gabah bisa diproses menjadi beras.
“Makanya penggilingan ini harus keluarkan ongkos produksi yang lebih tinggi dibandingkan saat mendapatkan kualitas gabah sebelumnya,” kata dia.
Biaya produksi tersebut yang pada akhirnya dibebankan kepada harga jual. Sehingga tak heran, harga beras tetap naik meskipun dari sisi produksi mengalami peningkatan.