HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala menjelaskan apa yang dilakukan oleh Mario Dandy dengan minta aksinya direkam oleh temannya merupakan spectator effect.

“Itu namanya spectator effect atau efek dari kehadiran penonton pada perilaku seseorang. Dalam hal ini Mario berperan seolah-olah atlet yang ditonton orang banyak. Mirip dengan atlet yang bertanding seraya ditonton dan yang tanpa penonton,” katanya kepada awak media yang dikutip Holopis.com, Senin (27/2).

Spectator effect merupakan sebuah gejala sosial psikologis, dalam kasus ini bisa terjadi karena dipicu oleh kehadiran penonton atau penyaksi mata.

Adrianus mengatakan, aksi Mario Dandy yang direkam semakin menjadi beringas karena kehadiran AG yang merupakan kekasihnya.

“Umumnya yang lebih baik penampilannya adalah yang bertanding dengan penonton. Dalam hal kasus ini, kehadiran orang lain plus cewek, divideokan pula, menjadikan pelaku tambah berani dan beringas,” jelasnya.

Bahkan, dalam rekaman video penganiayaan yang beredar terdengar perkataan ‘gue tak takut anak orang mati’. Namun, menurut Adrianus itu hanyalah sebuah gertakan saja.

“Itu nge-bluff saja. Kan mau memperlihatkan kehebatan diri di hadapan teman dan cewek,” ujarnya.

Jika dilihat lagi, aksi Mario Dandy ini bukan hanya sekedar terpancing emosi. Tetapi, lebih kepada spectator effect.

“Mungkin (mengedepankan emosional), tapi kembali kalau pakai teori spectator effect, individu bisa melakukan perilaku yang tidak dilakukannya kalau sendirian,” katanya.

“Itu gejala sosial psikologis saja. (Bisa dipicu) kehadiran penonton/penyaksi mata/spectator. Mana mikir, setelahnya baru sadar. Itu pun tidak buru-buru dihapus kan,” sambung Adrianus.