Lanjutnya, Djohar menekankan bahwa, maka dari itu diperlukan badan yang betul-betul diisi oleh orang-orang yang paham dan benar-benar mengerti tentang membangun sepakbola Indonesia.
“Mereka akan bekerja di situ secara full time, jadi ini mesti diisi oleh pakar-pakar para ahli-ahli,” tukasnya.
Diketahui, BTN sendiri sejatinya sempat hadir di era kepengurusan sebelumnya, sebelum akhirnya dibubarkan pada 2015.
“Pada masa saya itu dulu, kita ingin ada perubahan besar di sepakbola Indonesia terutama di bidang prestasi, makanya kita memulai dengan tim-tim remaja, kita dulu ada Timnas U-12, U-14, U-16, U-19, U-23 dan senior tentunya,” katanya.
“Nah, ini punya program masing-masing yang dikoordinir oleh Direktur Teknik (Dirtek) yang melaksanakan program-program yang disiapkan oleh badan timnas,” sambungnya.
Djohar sendiri mengakui bahwa sepakbola Indonesia memang tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga di ASEAN, seperti Thailand, Vietnam dan bahkan Malaysia.
“Nah ini sungguh sangat memprihatinkan dan rasanya kita belum bisa mengatasi mereka semua, maka harus ada terobosan, yakni menyiapkan pemain berdasarkan Sportscience, dia bekerja dari badan timnas itu, menyiapkan, mencari pemain yang punya kecepatan, punya pemikiran dan segala-segalanya, itu sudah ada ukurannya, itu lah yang dicari, dan kemudian menciptakan cara permainan Indonesia,” ujarnya.
Djohar juga menekankan bahwa Timnas Indonesia ini harus memiliki gayanya sendiri, dimana hal itu akan menjadi identitas sepakbola nasional untuk bersaing baik di tingkat ASEAN maupun Asia.