HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengaku kaget dengan harga karbon yang berbeda-beda di tiap negara. Hal itu disampaikannya kala dirinya berbicara mengenai perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Menurutnya, perubahan iklim merupakan masalah global yang sejatinya tidak bisa sendiri oleh masing-masing negara. Diperlukan kerjasama untuk menerapkan transisi energi ke arah energi terbarukan sebagai upaya mengatasi permasalahan perubahan iklim.
“Tantangan terbesar dalam mekanisme transisi energi adalah bagaimana membangun infrastruktur energi dengan prinsip adil dan terjangkau,” ujar Sri Mulyani dalam keterangan pers yang dikutip Holopis.com, Minggu (19/2).
Menurut Menkeu, upaya transisi energi terbarukan membutuhkan investasi, modal, dan teknologi yang berbeda-beda di setiap negara.
“Kita berbicara tentang komoditas yang sama yaitu CO2, karbon. Tapi sekarang jika Anda melihat dunia, harga karbon berbeda. Beberapa negara sudah menerapkan pasar karbon dengan harga yang berbeda, bahkan beberapa negara tidak memiliki pasar karbon,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, lanjut Sri Mulyani, masalah perubahan iklim hendaknya menjadi hal yang harus diperhatikan oleh seluruh negara di dunia.
“Perubahan iklim adalah masalah publik global dan itulah mengapa tidak dapat diselesaikan sendiri oleh masing-masing negara,” tutur dia.
Dalan hal ini, Indonesia menempatkan keuangan berkelanjutan di dalam banyak pembahasan bersama antara Menteri Keuangan, Gubernur Bank Sentral, para pembuat kebijakan, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk menciptakan kepercayaan dan membuat solusi konkrit.
“Itu sebabnya selama G20 di Indonesia, mereka mengumumkan bahwa kemitraan transisi energi berjanji akan dialokasikan hingga USD 20 miliar untuk Indonesia dalam rangka mendukung transisi ini,” pungkasnya.