HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia mengalami surplus selama 33 bulan beruntun, setelah pada Januari 2023 kembali mencatatkan surplus sebesar USD 3,87 miliar.
“Neraca perdagangan Indonesia sampai Desember 2022 ini membukukan surplus selama 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah dalam konferensi pers yang dikutip Holopis.com, Kamis (16/2).
Berikut fakta di balik surplus neraca dagang selama 33 bulan beruntun yang dirangkum Holopis.com :
Surplus neraca dagang dipicu oleh nilai ekspor yang lebih besar dari nilai impor. Tercatat nilai ekspor Indonesia pada Januari 2023 sebesar USD 22,31 miliar, sementara untuk nilai impornya hanya sebesar USD 18,44 miliar.
Apabila dilihat dari sektornya, surplus neraca dagang Indonesia berasal dari sektor nonmigas sebesar USD 5,29 miliar, dengan komoditas penyumbangnya yakni bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja.
Di sisi lain, nilai itu tereduksi oleh defisit sektor migas yang senilai USD 1,42 miliar, dengan komoditas penyumbangnya minyak mentah dan hasil minyak.
Sementara jika dilihat dari negara penyumbangnya, penyumbang terbesar surplus pada periode Januari berasal dari negara Amerika Serikat (AS), yakni sebesar USD 1,17 miliar.
Adapun nilai komoditas penyumbang dari AS adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan), serta lemak dan minyak hewani/nabati.
Kedua yakni Filipina yang mencatatkan surplus sebesar USD 909,2 juta, dimana terbesar pada komoditas bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, serta besi dan baja.
Lalu India dengan besaran surplus USD 810,5 juta, dengan penyumbang komoditasnya yakni bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, serta besi dan baja.