HOLOPIS.COM, JAKARTA – Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Ali Fikri mengaku heran dengan polemik turunnya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia yang ramai diperbincangkan publik.
Hal itu diungkapkannya lantaran banyak negara yang IPK-nya turun, tidak seramai Indonesia yang membicarakan hal tersebut.
“Terlebih kemudian fokusnya hanya seolah-olah tanggung jawab KPK. Kita tahu kata kuncinya korupsi, jadi wajar saja kalau semua orang cara pandangnya matanya ke KPK semua,” kata Ali Fikri dalam sebuah diskusi yang dikutip Holopis.com, Senin (13/2).
Sebagai informasi, IPK Indonesia terjun dari peringkat 96 pada 2021, menjadi 110 pada 2022 dari 180 negara. Angka tersebut merujuk pada data Transparency International.
Bahkan, yang lucu kata dia, penurunan indeks itu kerap dikaitkan dengan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), sebagai akibat dari perubahan Undang-Undang KPK hingga pimpinan KPK yang katanya ugal-ugalan.
“Artinya belum paham apa sih IPK itu, jangan kemudian bahwa hal-hal teknis dikaitkan dengan naik-turunnya IPK,” ujarnya.
Menurutnya, penurunan IPK yang terjadi saat ini merupakan tanggung jawab banyak pihak.
“Tidak semua diarahkan ke KPK,” katanya.
Ali menuturkan, jika dibedah penyebab dari penurunan IPK yang terjadi saat ini, hampir semua lembaga-lembaga di Tanah Air turut serta bertanggung jawab.
“IPK banyak variabel dan komponennya, kalau mau objektif, jika dilihat dari komponen penilaiannya, harus objektif siapa saja yg harus bertanggung jawab,” tandasnya.
Ali pun berharap, semua pihak dapat bertanggung jawab memperbaiki IPK dan tidak boleh saling menyalahkan.
“Kalau mau optimistis memperbaiki angka IPK, sama-sama cari solusi,” harapnya.
