HOLOPIS.COM, JAKARTA – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengumumkan ‘Keadaan Darurat 3 Bulan’ untuk 10 provinsi di bagian tenggara terdampak gempa.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Erdogan pada Selasa (7/2), di tengah-tengah kesedihan mendalam dengan semakin meningkatkan korban meninggal dunia terdampak gempa.
Kemudian, Erdogan juga mengatakan serangkaian tindakan darurat akan diambil untuk masuk ke wilayah-wilayah terdampak dengan bantuan kemanusiaan hingga keuangan.
“Kami telah memutuskan untuk mengumumkan keadaan darurat untuk memastikan bahwa pekerjaan penyelamatan dan pemulihan kami dapat dilakukan dengan cepat,” kata Erdogan dalam pidatonya, seperti dikutip Holopis.com dari CNA, Rabu (8/2).
“Kami akan segera menyelesaikan proses presiden dan parlementer terkait keputusan ini, yang akan mencakup 10 provinsi kami yang pernah mengalami gempa dan akan berlangsung selama tiga bulan,” sambungnya.
Dengan pengumuman keadaan darurat yang berlangsung selama tiga bulan ini, maka dapat diartikan bahwa hal tersebut akan berakhir sesaat sebelum pemilihan Presiden dan Parlemen yang dijadwalkan pada 14 Mei mendatang.
Selain itu, Erdogan juga mengatakan bahwa pemerintahannya akan mengirim lebih dari 50.000 pekerja untuk membantu daerah terdampak dan mengalokasikan 100 miliat lira atau sekitar 5,3 miliar USD untuk membantu keuangan.
Kemudian, Turki berencana membuka hotel di pusat pariwisata Antalya untuk menampung sementara orang-orang terdampak gempa.
Sebagai informasi, korban meninggal dunia terbaru per Selasa (7/2) dikabarkan sudah mencapai 7800 orang.
Jumlah korban meninggal dunia tersebut merupakan total keseluruhan dari korban di Turki dan Suriah.
Detailnya, sementara ini sekitar 5.894 orang meninggal dunia di Turki dan 1932 orang meninggal dunia di Suriah.
WHO pun memprediksi bahwa korban meninggal dunia diperkirakan bakal bertambah, seiring dengan proses evakuasi yang terus berlanjut.
Bahkan, WHO sendiri harus turun gunung memberikan uluran tangan langsung kepada Turki dan Suriah karena gempa dahsyat bermagnitudo 7,8 yang mengguncang kedua negara pada Senin (6/2) lalu.