Kemudian untuk cakupan spasial lebih dari 75% (FRQ/Frequent) pada tanggal 28 Januari 2023 – 3 Februari 2023 diprediksi terjadi di Teluk Benggala, Samudera Hindia Selatan Jawa, Laut Flores dan Samudera Hindia Selatan NTB – NTT.

Tak hanya cuaca ekstrem, fenomena MJO juga berpotensi memicu gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada tanggal periode sepekan kedepan, yakni pada tanggal 28 Januari – 1 Februari 2023.

Secara rinci, kategori gelombang setinggi 2,5 – 4,0 meter diprediksi terjadi di Perairan utara Sabang, Perairan barat Aceh, Perairan barat P. Simeulue hingga Kep. Mentawai, Perairan Bengkulu, Perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan selatan Banten, Samudra Hindia barat Kep.

Selain itu, gelombang di kisaran 2,5 – 4.0 meter juga berpotensi terjadi di Nias hingga Lampung, Perairan selatan Kep. Anambas hingga Kep. Natuna, Laut Natuna, Perairan utara Kep. Talaud, Perairan utara Halmahera, Laut Halmahera, Perairan utara Papua Barat hingga Papua, Samudra Pasifik utara Papua Barat hingga Papua.

“Kategori tinggi gelombang 4.0 – 6.0 m di Perairan utara Kep. Anambas hingga Kep. Natuna, Samudra Hindia barat Aceh, dan kategori tinggi gelombang > 6.0 m di Laut Natuna Utara,” tutur Guswanto.

Dengan adanya berbagai potensi tersebut, BMKG mengimbau seluruh pihak, termasuk masyarakat untuk memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

BMKG juga meminta agar pdilakukan penataan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak melakukan pemotongan lereng atau penebangan pohon yang tidak terkontrol serta melakukan program penghijauan secara lebih masif.

“Melakukan pemangkasan dahan dan ranting pohon yang rapuh serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang,” katanya.

Sosialisasi, edukasi, dan literasi juga perlu digencarkan untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longosr, angin kencang hingga gelombang tinggi.

Kemudian BMKG juga meminta untuk lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi.

“Terus monitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, secara lebih rinci dan detail untuk tiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia,” tutup Guswanto.