HOLOPIS.COM, JAKARTA – Presiden Jokowi mengaku sempat galau ketika dirinya mendapatkan tekanan dari berbagai pihak untuk melakukan lockdown di masa pandemi beberapa waktu lalu.

“Pada saat memutuskan lockdown atau enggak lockdown, rapat menteri 80 persen (mengatakan], ‘Pak, lockdown’ Karena semua negara memang melakukan itu, enggak dari DPR, dari partai semuanya, lockdown,” kata Jokowi dalam keterangannya di rapat koordinasi penanganan Covid seperti dikutip Holopis.com, Kamis (26/1).

Jokowi pun mengklaim, berbagai tekanan yang dihadapi pada saat mengalami krisis dipastikan tidak bakal jernih dan bakal mengundang masalah lainnya di kemudian hari.

“Bila kita tidak jernih, kita tergesa-gesa, kita grusa-grusu, bisa salah, bisa keliru. Coba saat itu, misalnya kita putuskan lockdown. Hitungan saya dalam dua atau tiga minggu, rakyat sudah enggak bisa, enggak memiliki peluang yang kecil untuk mencari nafkah, semuanya ditutup, negara tidak bisa memberikan bantuan kepada rakyat,” jelasnya.

“Apa yang terjadi? Rakyat pasti rusuh. Itu yang kita hitung, sehingga kita putuskan saat itu tidak lockdown,” sambungnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun mengungkapkan, dirinya melakukan pemikiran mendalam agar dirinya bisa melakukan langkah lain agar tidak sampai memilih lockdown menjadi kebijaknnya.

“Saya semedi tiga hari untuk memutuskan apa ini, apa kita harus lockdown atau tidak, karena betul-betul sangat tidak memiliki pengalaman semuanya mengenai ini,” pungkasnya.