HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Pelajar Islam Indonesia (GPII), Masri Ikoni mengaku sangat kecewa dengan ulah doa orang berandalan politik, yakni Rasmus Paludan dan Edwin Wagensveld yang melakukan aksi perusakan dan pembakaran mushaf Alquran di muka umum.

Menurutnya, ulah kedua politisi di Swedia dan Belanda itu sangat tidak beradab dan bisa melukai hati umat Islam di seluruh dunia.

“Kami mengecam dan mengutuk keras tindakan nir adab dari Rasmus Paludan dan Edwin Wagensveld yang telah menistakan Al-Quran dengan melakukan pembakaran, merobek dan menginjak-injak kitab suci umat Islam dengan dasar kebebasan berekspresi, hingga memancing kemarahan komunitas muslim dunia,” kata Masri dalam keterangannya yang diterima Holopis.com, Kamis (26/1).

Pun demikian, ia pun mengimbau kepada seluruh umat Islam untuk tidak terprovokasi dengan sikap kedua orang tersebut, serta lebih mengedepankan akhlak yang baik sebagai seorang muslimin.

“Mengajak umat Islam agar tidak terprovokasi dan menyikapi hal ini sesuai dengan hukum yang berlaku, serta senantiasa menunjukkan akhlak Islam sebagai rahmatan li al-‘aalaamiin,” tuturnya.

Kemudian, Masri memohon agar Kementerian Luar Negeri (Kemlu) segera memanggil duta besar kedua negara itu, yakni Swedia dan Belanda. Ia meminta agar kasus ini bisa ditindaklanjuti dengan tegas dan serius demi memastikan situasi sosial politik khususnya di Indonesia tetap stabil.

“Mendukung sikap Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang turut mengecam tindakan pembakaran Al-Quran di Swedia dan akan memanggil Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Marina Berg, untuk meminta penjelasan atas insiden yang terjadi,” ujarnya.

Pun kepada pemerintah Swedia dan Belanda, ia juga berharap agar mereka mengambil langkah tegas demi tercipta stabilitas sosial politik dunia.

“Melalui Kemenlu RI mendesak pemerintah Swedia dan Belanda untuk bersikap tegas dan tidak membiarkan ekstremisme dan Islamofobia berkembang karena bertentangan dengan resolusi Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melawan Islamopobia yang disepakati pada 15 Maret 2022 di markas besar PBB di New York, kemudian ditetapkan tanggal 15 Maret sebagai Hari Internasional Melawan Islamofobia,” tandasnya.

Terakhir, GPII juga menyatakan penolakannya terhadap gerakan apa pun yang memicu gesekan politik atasnama agama.

“Menolak segala bentuk politisasi agama, yang menjadikan agama sebagai komoditas politik, yang hanya akan merendahkan martabat agama dan berujung penistaan agama,” pungkasnya.

Sekedar diketahui Sobat Holopis, bahwa Rasmus Paludan adalah pimpinan partai politik Stram Kurs alias Hard Line. Partai ini adalah sayap kanan Denmark Garis Keras. Rasmus melakukan aksi pembakaran Alquran di dalam aksi demonstrasi anti-Turki dan upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO yang terjadi di Stockholm, Swedia pada hari Minggu (22/1) kemarin.

Sementara Edwin Wagensveld merupakan provokator anti-Islam. Ia juga merupakan pemimpin kelompok sayap kanan PEGIDA cabang Belanda. Wagensveld melakukan perobekan dan pembakaran terhadap mushaf Alquran di Den Haag pada hari Senin (23/1) sebagai bentuk protesnya terhadap Islamisasi barat.