HOLOPIS.COM, JAKARTA – Politisi oposisi Kerajaan Eswatini sekaligus pengacara hak asasi manusia, Thulani Maseko, tewas ditembak oleh orang tak dikenal.
Juru bicara oposisi, Sikelela Dlamini, menjelaskan, Maseko tewas oleh segerombolan orang bersenjata yang menyerang ke kediamannya, beberapa jam setelah raja absolut negara itu menantang para aktivis yang menentang pemerintahannya.
“Thulani Maseko ditembak mati pada Sabtu malam oleh penyerang tak dikenal di Luhleko, sekitar 50 kilometer (30 mil) dari ibu kota Mbabane,” kata Dlamini.
Sikelela Dlamini mengatakan, dirinya diberitahu bahwa pembunuh Maseko menembaknya melalui jendela saat dia berada di dalam rumah bersama keluarganya.
“Detailnya masih sedikit (dan), karena trauma yang dialami anggota keluarganya, mereka belum siap berbicara,” ujar Dlamini.
Pemerintah mengirimkan ucapan belasungkawa kepada keluarga sembri mengatakan bahwa kematian Maseko merupakan kerugian bagi negara, dan polisi masih memburu pembunuhnya.
Maseko adalah seorang pengacara sekaligus kolumnis hak asasi manusia terkemuka di Eswatini, sebuah negara kecil di Afrika bagian selatan, yang memiliki pertarungan pengadilan yang tertunda dengan Raja Mswati III untuk mengganti nama negara.
Nama negara itu sebelumnya adalah Swaziland dan diubah menjadi Eswatini untuk memperingati 50 tahun kemerdekaannya dari Inggris pada 2018. Tetapi Maseko berpendapat bahwa raja tidak mengikuti konstitusi dalam prosesnya.
Pada tahun 2014 Maseko dan editor majalah The Nation Bheki Makhubu dipenjara karena menghina pengadilan atas artikel-artikel yang mengkritik pemerintah dan peradilan.
Maseko adalah pendiri MSF, sebuah koalisi partai oposisi, asosiasi dan gereja.
Kematiannya terjadi hanya beberapa jam setelah Raja Mswati menantang para aktivis yang berjuang untuk mengakhiri monarki absolut terakhir di Afrika. Ia mengatakan orang tidak boleh meneteskan air mata dan mengeluh tentang tentara bayaran yang membunuh mereka.
“Orang-orang ini memulai kekerasan terlebih dahulu, tetapi ketika negara melakukan tindakan keras terhadap mereka atas tindakan mereka, mereka membuat banyak keributan menyalahkan Raja Mswati karena membawa tentara bayaran,” tutur Raja Mswati.
Pekan lalu, Jaringan Solidaritas Swaziland (SSN) menuduh raja menyewa tentara bayaran, terutama Afrikaner kulit putih dari negara tetangga Afrika Selatan, untuk membantu pasukan keamanan Eswatini menekan oposisi yang meningkat terhadap rezimnya yang menindas.
Namun juru bicara pemerintah Alpheous Nxumalo mengatakan pemerintah tidak menyewa pembunuh bayaran.
Kelompok hak asasi Freedom Under Law, yang beroperasi di seluruh Afrika bagian selatan, menuding pemerintah menjadi dalang pembunuhan Maseko.
“Entah bagaimana kabar mengejutkan bahwa Thulani Maseko telah ditembak mati dengan darah dingin tidaklah mengejutkan,” imbuh Alpheous Nxumalo.
“Seorang pengacara hak asasi manusia yang tak henti-hentinya dan tak kenal takut, pengkritik rezim yang blak-blakan di Eswatini yang dicintainya, Thulani sudah terlalu lama menderita di tangan rezim yang lalai,” lanjut pernyataan itu.
Raja Mswati, yang memerintah sejak 1986, kerap dituduh melakukan pelanggaran HAM. Di Eswatini, raja berhak membubarkan parlemen, pemerintah, dan mengangkat atau memberhentikan hakim, juga memimpin polisi dan tentara.
Pada Juni 2021, protes pro-demokrasi berubah menjadi kekerasan yang mengakibatkan banyak pengunjuk rasa yang tewas.
AFP