HOLOPIS.COM, JAKARTA – Presiden Bank Dunia, David Malpass memprediksi pelambatan ekonomi global yang terjadi saat ini akan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, yakni hingga dua tahun kedepan.

Dia menjelaskan pertumbuhan yang lambat di tahun mendatang terjadi karena inflasi yang terus-menerus dan investasi yang cenderung moderat.

“Jadi ketika Anda melihat satu tahun ke depan dan dua tahun ke depan, sulit untuk melihat bahwa akan ada pemulihan yang kuat,” ungkapnya kepada wartawan Inggris yang dikutip Holopis.com di Jakarta, Senin (23/1).

Malpass pun mengimbau pemerintah di seluruh belahan dunia untuk menyusun strategi pengeluaran agar lebih efisien, serta mempertimbangkan untuk memberikan subsidi yang lebih terukur.

“Subsidi yang diberikan harus terikat waktu dan ditargetkan daripada subsidi terbuka untuk membantu menargetkan inflasi dan melonjaknya harga energi,” tuturnya.

Sebagaimana diketahui, mayoritas negara barat telah menghadapi krisis energi besar-besaran dan inflasi yang melonjak di tengah resesi global pasca-pandemi.

Hal itu semakin diperparah oleh sanksi keras terhadap Rusia, yang pada akhirnya menyebabkan gangguan dalam rantai pasokan dan mengakibatkan kenaikan harga energi lebih lanjut di seluruh dunia.

Dalam laporan Bank Dunia di awal tahun ini, pertumbuhan zona euro diperkirakan tumbuh pada 0 persen pada tahun 2023. Perkiraan ini turun dari prakiraan sebelumnya yang sebesar 1,9 persen.

“Ini adalah indikasi yang jelas bahwa inflasi dan krisis energi memiliki dampak konkret pada ekonomi Euro,” kata Malpass.

Kemudian untuk Amerika Serikat (AS), Bank Dunia menurunkan memperkirakan pertumbuhan ekonominya menjadi 0,5 persen pada tahun 2023. Jika prakiraan itu benar terjadi, maka negara yang dipimpin Joe Biden itu akan mengalami kinerja terlemah di luar resesi resmi sejak tahun 1970.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi China dalam laporan Bank Dunia diproyeksikan sebesar 4,3 persen untuk tahun 2023, atau 0,9 persen poin di bawah perkiraan sebelumnya.

Meski begitu, Sobat Holopis wajib tahu bahwa laporan yang disajikan oleh Bank Dunia hanyalah proyeksi ketakutan barat, karena dunia secara bertahap bergeser dari dunia unipolar ke dunia multipolar.