HOLOPIS.COM, JAKARTA – Memasuki Tahun Baru Imlek, kita pasti melihat kue keranjang yang super nikmat dan kenyal dijual di mana-mana. Camilan ini juga menjadi sajian penting di rumah sanak saudara saat merayakan Hari Raya Imlek.
Bisa dimakan sendiri, dan enak juga digoreng pakai tepung. Berbeda dengan dodol biasanya, kue keranjang memiliki rasa yang manisnya pas tidak bikin enek dan malah nagih terus.
Ternyata tidak hanya karena enak, ada loh sejarah dan filosofi kue keranjang dalam rangka merayakan Imlek.
Kue keranjang ada kaitannya dengan Dewa Tungku, untuk membawa laporan yang menyenangkan ke Raja Surga.
Bagaimana sih Filosofi Kue Keranjang pada Imlek?
Kue Keranjang biasanya dikaitkan dengan Legenda Dewa Dapur. Saat itu, masyarakat Tionghoa menggunakan kue untuk persembahan licik ke Dewa Dapur.
Jadi berdasarkan legenda, setiap tahunnya Dewa Dapur ini akan memberikan laporan kepada Kaisar Giok.
Lalu, masyarakat pun memberikan Kue Keranjang atau Nian Gao untuk bayaran tutup mulut agar Dewa Dapur tidak mengolok-ngolok rumah mereka.
Kemudian ada pula legenda lainnya yang mengatakan bahwa Kue Keranjang muncul sejak tahun 2.500. Legenda ini mengatakan bahwa setelah kematian Jenderal dan Politikus Kerajaan Wu yang bernama Wu Zixu, Raja Yue yang bernama Goujian menyerang ibu kota Wu.
Akhirnya, para tentara dan warga Wu pun terjebak di kota yang tidak ada makanan. Lalu, para tentara mengingat perkataan Wu Zixu yang sempat memberi pesan bahwa jika lapar, maka makanan bisa didapatkan dari menggali tiga kaki di bawah tembok kota.
Kemudian ditemukanlah pondasi tembok yang dibangun dari tepung beras ketan dan menyelamatkan banyak tentara kelaparan.
Wah, unik ya sejarah kue keranjang di perayaan imlek. Sudah berapa nih kue keranjang yang Sobat Holopis santap hari ini?