Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengaku kaget melihat cadangan devisa negara yang tak berbanding searah dengan kinerja ekspor Indonesia yang terbilang moncer.

BI mencatat, cadangan devisa pada sepanjang 2022 mengalami penurunan, padahal ekspor Indonesia mengalami surplus selama 32 bulan beruntun, dengan nilai ekspor yang menyentuh US$632,9 miliar atau sekitar Rp9.540 triliun.

Melihat fenomena tersebut, Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti menduga hal tersebut karena banyak eksportir yang tak memarkirkan dana hasil ekspor (DHE)-nya di perbankan Indonesia.

Dia pun mengaku pihaknya sejak Desember 2022 lalu telah berkoordinasi dengan pemerintah terkait hal tersebut.

“Kita merasa ada concern karena kalau kita lihat kan ekspor kita di 2022 itu tinggi sekali US$291 miliar dan trade balance kita itu sekitar US$55 miliar,” jelas Destry dalam konferensi pers yang dikutip Holopis.com, Minggu (22/1).

“Pada saat itu, ada rasa kenapa dana itu kok gak masuk di perbankan kita,” tambahnya.

Padahal saat itu, lanjut Destry, merupakan momen yang krusial bagi bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah penguatan mata uang Dolar Amerika Serikat (AS).

Dia menegaskan, bahwa semua negara membutuhkan dolar, sehingga terjadi persaingan suku bunga yang bukan hanya antar bank, tetapi juga antar negara.

“Dan kami melihat itu. Dalam hal ini Bank Indonesia, kami mempunyai tanggung jawab juga karena salah satu mandat kami adalah menjaga stabilitas nilai tukar,” jelas Destry.

Sementara salah satu syarat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah memiliki supply atau pasokan dolar yang cukup.

Oleh karena itu, dalam rangka penguatan operasi moneter, bank sentral memutuskan untuk mengeluarkan satu instrumen baru yang disebut term deposit valuta asing DHE dengan imbal hasil yang kompetitif.

Instrumen ini secara khusus ditujukan untuk menarik para eksportir agar mau memarkirkan DHE-nya lebih lama ke sistem keuangan Indonesia.

BI melihat dan mengidentifikasi ada sekira 200 perusahaan yang dinilai memiliki potensi hasil dari ekspor sumber daya alam (SDA) yang cukup besar dan diperkirakan membutuhkan tempat untuk placement DHE mereka.

Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statisitik (BPS) mencatat Indonesia membukukan surplus sejak Mei 2020 hingga November 2022. Sepanjang 2022 saja, Indonesia sukses membukukan ekspor senilai US$291,98 miliar.

Ironisnya, cadangan devisa justru menurun US$7,7 miliar pada tahun lalu, dimana posisi cadangan devisa Indonesia pada Desember 2022 sempat menyentuh US$144,91 miliar.