HOLOPIS.COM, JAKARTA – Setelah beredarnya isu Arawinda Kirana yang disebut sebagai ‘perebut laki orang’ (pelakor), pihak agensi KITE Entertainment unggah pernyataan dan klarifikasi pada Selasa, (29/11). Agensi KITE bahkan sempat bocorkan sekilas percakapan chat Arawinda dengan seorang pria yang terlibat dalam isu tersebut.
Dalam unggahan, agensi menyebutkan bahwa pria tersebut intens memberi perhatian, mengirim kata-kata manis, sampai emoji bunga, hati, dan pelukan.
“Pria tersebut mulai memberikan love bombing terhadap talent kami secara intens selama hampir 2 minggu melalui perhatian, kata-kata manis, chat dan emoji flowers, love, hugs,” tulis akun Instagram @kite.entertainment yang dikutip Holopis.com, Rabu (30/11).
Sebelumnya, KITE menyampaikan bahwa pria tersebut awalnya selalu menceritakan kesedihannya tentang rumah tangganya yang hancur kepada Arawinda.
Namun, disebutkan bahwa aktris muda kelahiran 2001 tersebut membalas dengan tegas bahwa hubungan mereka hanya sebatas teman curhat dan mendukung keluarga pria tersebut supaya utuh kembali.
“Apapun itu, aku akan selalu mendukung hal yang benar. Dan hal itu adalah aku akan selalu mendukung keluargamu,” kata Arawinda kepada pria tersebut seperti yang disampaikan KITE.
Namun, KITE mengatakan bahwa pria tersebut justru terus melanjutkan ‘love bombing’ tersebut dengan mengirimkan kalimat-kalimat rayuan kepada Arawinda.
“Hopefully gak last beneran, hopefully one day aku bisa bawain bunga beneran everyday, this will be my last text to you, I feel like my heart won’t ever move on from you, you’ll always be there, thankyou for making my numb heart, feel again, beat again, warm again,” kata pria tersebut yang disampaikan pihak agensi KITE.
Dalam pernyataan, pemeran film Yuni ini awal mengenal pria tersebut pada 12 April silam. Pada tanggal 25 Juni, beredar isu Arawinda Kirana yang dituding sebagai pelakor.
Setelah berbulan-bulan isu tersebut beredar, akhirnya pihak agensi dari Arawinda Kirana pun membuat klarifikasi pernyataan. Mereka menekankan, bahwa Arawinda Kirana tidak pernah ingin melakukan hal yang dituding, yaitu sebagai ‘pelakor’.