HOLOPIS.COM, JAKARTA – Perseteruan antara Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS) semakin memanas, setelah penembakan rudal balistik antarbenua yang dilakukan Korut pada Jumat lalu.

Dikutip Holopis.com dari pemberitaan media pemerintah Korut, KCNA, Menteri luar negeri (Menlu) Korut, Choe Son Hui melontarkan tudingan yang menyebut organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa alias PBB sebagai boneka AS.

Tudingan itu dilontarkan Son Hui pada Minggu (20/11) kemarin, setelah pihaknya mendapat teguran dari PBB atas peluncuran rudal balistik antarbenua, yang merupakan salah satu uji coba terkuat yang pernah ada di dunia.

Mulanya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres mendesak Korut untuk segera menghentikan segala tindakan provokatif.

Menanggapi pernyataan itu, Choe Son Hui menyesalkan pernyataan yang dilontarkan PBB melalui Sekjen Antonio Guterres. Ia menyebut bahwa sikap Guterres menegur negaranya merupakan sikap yang sangat tercela dan menciderai tujuan dan prinsip Piagam PBB.

“Penyesalan yang mendalam atas fakta bahwa Sekjen PBB telah mengambil sikap yang sangat tercela, mengabaikan tujuan dan prinsip Piagam PBB dan misinya yang tepat untuk mempertahankan ketidakberpihakan, objektivitas, dan kesetaraan dalam segala hal,” kata Choe

Dia pun menambahkan, bahwa teguran yang disebutnya sebagai episode batu itu menunjukkan, bahwa Guterres “adalah boneka AS,”.

Sejak pemimpin Korut, Kim Jong-un menyatakan Korea Utara sebagai negara nuklir pada bulan September lalu, Amerika Serikat langsung melakukan peningkatkan kerja sama keamanan regionalnya.

Keputusan AS pun dirasa mengancam keutuhan pertahanan Korea Utara. Choe mengaku telah memperingatkan Sekjen PBB untuk mempertimbangkan masalah semenanjung Korea atas dasar ketidakberpihakan dan objektivitas.

Dia menambahkan, bahwa Korut telah menjelaskan bahwa itu harus menghasilkan “pertahanan diri di bawah lingkungan keamanan yang mengkhawatirkan di semenanjung Korea dan wilayah yang disebabkan oleh kerja sama militer berbahaya AS dan pasukan bawahannya”.

Namun demikian, kata Choe, Sekjen PBB justru mengalihkan kesalahan atas kasus tersebut ke Korea Utara daripada ke Amerika Serikat, yang kemudian membuat Korut murka.

Rudal itu terbang 1.000 km pada ketinggian 6.100 km, kata militer Korea Selatan, hanya sedikit lebih rendah dari ICBM yang ditembakkan Pyongyang pada 24 Maret, yang tampaknya merupakan uji coba paling kuat di Korut.