HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pemerintah Inggris dan Rusia resmi mengumumkan bahwa ekonomi negaranya sudah memasuki masa resesi. Rosstat, badan statistik pemerintah itu meyebutkan output negara telah menyusut selama dua kuartal berturut-turut, sebagaimana dikutip Holopis.com dari CBS News International, Jumat (18/11).
Pada periode Juli-September, output ekonomi Rusia turun 4% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Aktivitas grosir, eceran, pengiriman dan manufaktur turun selama periode itu, sementara konstruksi dan pertanian tumbuh, kata pemerintah.
Penurunan tersebut mengikuti penurunan 4,1% pada periode April-Juni, dipimpin oleh penurunan aktivitas perdagangan, pengapalan, pembuangan limbah, restoran dan hotel.
Resesi umumnya didefinisikan sebagai dua kuartal berturut-turut dari PDB yang menyusut, meskipun, di A.S., resesi secara resmi disebut oleh panel ekonom yang mempertimbangkan banyak faktor.
Hingga saat ini, Rusia telah berhasil menghindari dampak ekonomi terburuk dari perangnya di Ukraina.
Penelitian dari Bank Rusia mencatat bahwa ekonomi negara menjadi lebih buruk pada bulan September, “dengan tanda-tanda awal beberapa penurunan muncul pada akhir bulan” karena penawaran dan permintaan turun dan inflasi naik.
Ketua Bank of Russia Elvira Nabiullina memperingatkan anggota parlemen awal pekan ini bahwa gambaran ekonomi dapat memburuk.
“Kita benar-benar perlu melihat situasi dengan sangat bijaksana, dengan mata terbuka,” katanya kepada majelis rendah Rusia, yang dikenal sebagai Duma, menurut kantor berita Interfax.
Nabiullina mengatakan kepada para pejabat untuk bersiap untuk perkembangan apa pun.
“Ya, situasinya bisa memburuk, kami memahami ini,” katanya seraya menyerukan restrukturisasi ekonomi.
Sementara itu, kondisi serupa juga dialami Inggris yang mengabarkan sekarang secara resmi berada dalam resesi.
Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt mengatakan pada hari Kamis ketika dia menyampaikan Pernyataan Musim Gugurnya kepada Parlemen, setelah meluncurkan rencana fiskal baru untuk mengatasi “badai” ekonomi.
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi ketika PDB suatu negara menurun selama dua kuartal berturut-turut.
Akibatnya, anggaran nasional biasanya menerima lebih sedikit pendapatan pajak karena bisnis menghasilkan lebih sedikit uang, penurunan gaji, dan peningkatan pengangguran.