HOLOPIS.COM, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap kinerja fintech peer to peer (P2P) lending atau yang kerap disebut pinjaman online (pinjol) pada tahun depan, kala dunia tengah dihadapkan dengan ancaman resesi global.
Direktur Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK, Tris Yulianta melihat adanya pelambatan performa penyaluran dana di sektor fintech P2P lending ini. Hal itu seiring dengan proyeksi ekonomi global maupun domestik yang melambat pada tahun 2023 mendatang.
“Kalau penurunan (kinerja fintech P2P lending) sih enggak, tapi peningkatannya tidak secepat tahun ini,” kata Tris dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Sabtu (12/11).
Kendati demikian, Tris meyakini bisnis permodalan di sektor pinjol ini masih bisa tumbuh. Hanya saja, para lender alias pemberi pinjaman akan lebih selektif dalam menyalurkan modal.
“Tapi saya masih yakin tumbuh karena ini juga komitmen dari para pelaku untuk memberikan layanan,” kata Tris.
OJK, menurutnya, sedang memperjuangkan platform fintech berbasis P2P lending untuk lebih efisien, sehingga lebih memberikan keringanan dan efisiensi bagi masyarakat kita.
“Untuk masyarakat kita yang bermasalah, kreditnya bermasalah, bagaimana lender melakukan restrukturisasi dan lain-lain,” kata Tris.
Sehingga ke depan, lanjutnya, fintech masih bisa bertahan, dan bahkan bisa berkontribusi untuk menghadapi tekanan ekonomi di tahun 2023.
Tris pun meminta fintech untuk tidak hanya menyalurkan dana, tetapi juga memberikan pendampingan bagi para pengguna layanan alias debitur.
“Bagaimana membantu ke depannya seperti itu sehingga bisa memperkuat atau menghadapi tantangan tahun 2023 yang tekanannya tinggi, ada yang bilang ekonominya gelap dan lain-lain,” tukasnya.