HOLOPIS.COM, JAKARTA – Narsistik adalah kondisi gangguan kepribadian di mana seseorang menganggap dirinya sangat penting dan harus dikagumi.

Pengidap gangguan tersebut hampir selalu merasa dirinya lebih baik dibandingkan dengan orang lain.

Pada beberapa kasus, orang dengan gangguan kepribadian narsistik diketahui selalu membanggakan pencapaiannya, padahal itu adalah hal yang biasa saja.

Pengidap narsistik juga biasanya memiliki tingkat empati yang rendah kepada orang lain, dan menganggap dirinya memiliki kepentingan yang lebih tinggi dari orang lain.

Pengidap gangguan kepribadian narsistik memiliki perasaan yang mudah tersinggung dan bisa dengan mudah merasakan depresi ketika mereka di kritik oleh orang lain, meskipun mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

Penyebab Kepribadian Narsistik yang dikutip Holopis.com dari halodoc.

Sebenarnya penyebab utama yang bisa menyebabkan gangguan kepribadian narsistik belum diketahui. Seperti gangguan mental lainnya, penyebabnya sangat kompleks.

Masa kanak-kanak yang disfungsional bisa saja memiliki korelasi dengan gangguan kepribadian narsistik. Faktor disfungsional tersebut bisa saja karena orangtua yang memanjakan anaknya terlalu berlebihan, memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak, perlakuan kejam terhadap anak, ataupun anak sering diabaikan oleh orangtua.

Ada juga yang menyebut bahwa kondisi ini bisa disebabkan oleh faktor genetik, yaitu riwayat narsistik pada anggota keluarga.

Kondisi ini juga disebut bisa berpengaruh dikarenakan adanya hubungan antara otak dengan perilaku serta kemampuan berpikir yang memainkan peran dalam perkembangan gangguan kepribadian narsistik.

Gejala Kepribadian Narsistik.

Kepribadian narsistik masuk dalam kategori gangguan kepribadian (antisosisal dan pembatasan diri) karena pada umumnya pengidap gangguan kepribadian ini memiliki perilaku yang dramatis dan emosional.

Berikut ini gejala dari gangguan kepribadian narsistik, yaitu:

1. Percaya bahwa dirinya lebih baik dari orang lain

2. Khayalan tentang kekuasaan, kesuksesan, dan daya tarik.

3. Melebih-lebihkan prestasi atau bakat.
Mengharapkan pujian konstan dan kekaguman.

4. Percaya bahwa diri sendiri istimewa dan berperilaku sebagai seseorang yang istimewa.

5. Gagal untuk mengenali emosi dan perasaan orang lain.

6. Mengharapkan orang lain untuk menyetujui ide dan rencana yang dibuatnya.

7. Mengambil keuntungan dari orang lain.

8. Menjadi iri terhadap orang lain.
Percaya bahwa orang lain iri terhadap diri sendiri.

9. Kesulitan menjaga hubungan yang sehat.

10. Menetapkan tujuan yang tidak realistis.

11. Mudah terluka dan mengalami penolakan.

12. Memiliki harga diri yang rapuh.

13. Menampilkan diri sebagai orang yang keras kepala dan tidak emosional.

14. Mengekspresikan sebuah bentuk penghinaan terhadap orang-orang yang dianggap inferior (rendah).