HOLOPIS.COM, JAKARTA – Borderline personality disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang adalah gangguan mental serius yang mempengaruhi perasaan dan cara berpikir penderitanya.

Kondisi tersebut ditandai dengan suasana hati dan citra diri yang senantiasa berubah-ubah dan sulit dikontrol, serta perilaku yang impulsif.

Sekitar 1–4% orang di dunia mengalami BPD. Gangguan ini umumnya muncul pada masa remaja akhir atau dewasa muda dan lebih sering dialami oleh wanita.

Dikutip Holopis.com dari Alodokter, berikut Penyebab BPD (Borderline Personality Disorder).

1. Lingkungan

Sejumlah kondisi lingkungan yang negatif diduga berperan dalam menimbulkan gangguan kepribadian ini. Contohnya yaitu pelecehan atau penyiksaan semasa kecil dan kehilangan atau ditinggalkan orangtua.

2. Genetik

Menurut beberapa penelitian, gangguan kepribadian dapat diturunkan secara genetik atau dari orang tua ke anak. Jadi, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan kepribadian ambang lebih berisiko mengalami kondisi ini.

3. Kelainan pada otak

Berdasarkan penelitian, penderita BPD memiliki kelainan pada struktur dan fungsi otak, terutama pada area yang mengatur perilaku dan emosi. Penderita BPD juga diduga memiliki kelainan fungsi zat kimia otak yang berperan dalam mengatur emosi.

Gejala BPD (Borderline Personality Disorder).

Borderline personality disorder dapat memengaruhi hubungan dengan orang lain, citra diri, perasaan, perilaku, dan cara berpikir penderitanya. Gejala biasanya muncul pada masa remaja menjelang dewasa dan bertahan saat usia dewasa. Gejala tersebut dapat bersifat ringan hingga berat.

Gejala BPD dapat digolongkan menjadi empat bagian, yang terdiri dari:

1. Mood atau suasana hati yang tidak stabil

2. Gangguan pola pikir dan persepsi

3. Perilaku impulsif

4. Hubungan yang intens, tetapi tidak stabil

Pencegahan BPD (Borderline Personality Disorder)

Borderline personality disorder (BPD) tidak dapat dicegah sepenuhnya. Kendati demikian, risikonya dapat dikurangi dengan melakukan beberapa upaya berikut ini:

1. Menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis, khususnya untuk anak

2. Menanyakan secara rutin kondisi anak atau hal-hal yang baru ia alami, tanpa perlu menunggu ia bercerita lebih dulu

3. Mencari dukungan dari orang lain ketika kondisi keluarga sedang tidak stabil

4. Bercerita kepada orang terdekat atau psikiater ketika mengalami pelecehan, perundungan, atau kekerasan fisik.