HOLOPIS.COM, GORONTALO – Kapolda Gorontalo, Irjen Pol. Helmy Santika menyatakan bahwa Islam adalah sebuah agama yang mengajarkan kepada para pemeluknya untuk menebarkan kebaikan.
Hal ini sebagai bentuk kontra narasi bahwa Islam adalah agama teroris. Sebab, yang melakukan tindakan teror sama sekali tidak mencerminkan agama apapun, termasuk Islam.
“Agama mengajarkan pesan-pesan damai, tapi ekstremis memutar balikan. Kita butuh Islam yang ramah bukan Islam yang marah,” kata Irjen Pol Helmy saat menjadi keynote speech di acara Focus Group Discussion (FGD) dengan teman “Penguatan Wawasan Keagamaan dan Kebangsaan di Bumi Serambi Madinah” yang digelar di Hotel Grand Q Kota Gorontalo seperti dikutip Holopis.com, Kamis (27/10).
Pesan damai dan menebar kebaikan adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan, terlepas apakah seseorang itu beragama Islam, Katolik, Hindu, Budha, Protestan maupun Konghuchu.
Oleh sebab itu, jenderal polisi bintang dua itu mengatakan bahwa kebaikan tidak akan memandang latar belakang suku, agama, ras maupun antar golongan. Sebab, itu adalah ranah kemanusiaan.
“Kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan tanya apa agamamu,” tuturnya.
Maka tak heran ketika seseorang yang beragama dengan baik, maka ia akan menjadi manusia yang jauh lebih baik ketika bersikap, baik kepada Tuhannya maupun kepada sesama makhluk.
“Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin tinggi toleransinya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Irjen Pol Helmy menuturkan lagi bahwa perbedaan adalah sebuah fitrah yang harus disikapi dengan dewasa oleh setiap manusia. Apalagi, Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan perbedaan.
Sehingga di dalam menjalin hubungan sosial yang baik, maka konsep kemanusiaan dan cinta kasih menjadi poin utama.
“Perbedaan itu fitrah dan, ia harus diletakkan sebagai prinsip kemanusiaan secara universal. Dan memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya, merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan penciptanya juga,” tandasnya,
Terakhir, lulusan Akpol 1993 tersebut menegaskan kembali bahwa seseorang yang beragama dengan baik atau tidak bukan hanya sekedar dilihat dari aspek busananya, akan tetapi dari perilaku dan akhlaknya.
“Esensi Islam tidak terletak pada pakaian yang dikenakan, melainkan kepada akhlak yang dilaksanakan,” pungkasnya.