HOLOPIS.COM, JAKARTA – Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengungkapkan bahwa kasus gagal ginjal akut (acute kidney injury), sering terjadi di negara-negara berkembang, salah satunya terjadi di Indonesia.
Dicky menyampaikan pada konteks global, angka kasus gagal ginjal akut (AKI) mencapai 13 jutaan, hampir 1 juta setahun. Dengan angka fatalitas (kematian) mencapai 1,7 juta atau setidaknya diatas 100 ribu sebulan.
“85 persen (kasus gagal ginjal akut di dunia) dikontribusi oleh negara berkembang seperti Indonesia,” kata Dicky Budiman, dalam Program Ruang Tamu Holopis Channel, Kamis (27/10).
Dicky juga menyebutkan dari sisi Epidemiologi, kejadian gagal ginjal akut disebabkan oleh kondisi yang terjadi dalam lingkungan masyarakat itu sendiri. Seperti keracunan atau kontaminasi dari produk makanan, minuman dan obat-obatan yang beredar luas. Bahkan ia menjelaskan, mayoritas kejadian kontaminasi terhadap obat-obat terjadi di negara berkembang.
“Paparan/kontaminan terhadap obat sirop, itu bukan juga hal yang baru di dunia ini bahkan dalam 10-20 tahun terakhir setidaknya tiga atau empat kejadian. Namun tahun ini berbarengan tiga dan empat negara mengalami hal yang sama. Namun mayoritas kejadiannya di negara berkembang,” lanjutnya.
Ahli Kesehatan Global tersebut juga, menyinggung permasalahan keracunan dan kontaminasi obat-obatan yang terjadi saat ini.
Menunjukkan bahwa adanya regulasi atau sistem pengawasan yang tidak berjalan dengan baik. Terbukti dengan lolosnya produk-produk di bawah standar/tidak terjamin keamanannya, yang selama ini justru dikonsumsi publik.
Sebelumnya, kasus gangguan gagal ginjal akut pada anak di Indonesia mencapai 245 orang, 141 diantaranya dinyatakan meninggal dunia. Persentase kematian juga mencapai 57,5 persen. Selain itu, sementara dugaan penyebab gagal ginjal akut di Indonesia, akibat dari tercemarnya dua zat kimia berbahaya, dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG) dalam obat-obat sirop.