HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta bantuan dari Singapura dan Australia untuk mengirimkan obat untuk gangguan ginjal akut progresif atipikal (GgGAPA).

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, obat yang diimpor tersebut adalah jenis obat Fomepizole yang berjumlah 26 vial.

“Kita dapat dari Singapura 10 vial, lalu dari Australia 16 vial,” kata Budi dalam keterangan resmi yang dikutip Holopis.com, Minggu (23/10).

Budi kemudian mengklaim, alasan jumlahnya yang masih terbilang sedikit dikarenakan jenis obat tersebut masuk dalam kategori langka dan sulit untuk didapatkan.

“Jadi, saya berterima kasih karena obat ini masih langka. Saya sampai telepon Menteri Kesehatan Singapura dan Australia untuk meminta obat tersebut,” tukas Budi.

Obat itu menurut Budi, akan tiba pertama kali pada hari ini. Selanjutnya, Fomepizole yang termasuk jenis antidotum atau antidot (antidote) sebagai obat penawar untuk mengatasi keracunan ini bagian dari pesanan pemerintah sebanyak 200 vial.

“Hari ini baru tiba 26 vial, nanti kedatangan 200 vial obat tersebut akan dilakukan secara bertahap,” ungkapnya.

Fomepizole diyakini dapat menangani gangguan ginjal akut yang mampu mengikat zat berbahaya dalam tubuh. Penggunaan obat ini dengan cara injeksi melalui injeksi pada pembuluh darah vena (intravena).

Penyakit gagal ginjal akut pun saat ini menjadi momok bagi anak-anak di Indonesia. Pasalnya, akibat obat jenis sirop tersebut mengakibatkan ratusan anak meninggal dunia.