HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ekonom Senior yang sekaligus mantan Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Muhammad Chatib Basri memastikan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 tidak seburuk apa yang digembor-gemborkan oleh pemerintah belakangan ini.
Dia memprediksi, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang menjadi salah satu indikator perekonomian mungkin akan melemah pada tahun depan. Namun tidak sampai berada pada level negatif.
“Saya tidak melihat kemungkinan Indonesia mengalami pertumbuhan negatif. Mungkin pertumbuhan ekonomi akan melemah, tetapi tidak negatif,” ujarnya dalam SOE International Conference yang dikutip Holopis.com, Selasa (18/10).
Dia menjelaskan, potensi Indonesia terdampak resesi global sangatlah kecil, karena hubungan Indonesia dengan rantai pasok global masih terbilang cukup rendah. Hal itu tercermin dari sumbangan ekspor terhadap PDB yang hanya sebesar 19,79 persen pada kuartal II-2022.
Kendati demikian, ia mengingatkan akan adanya potensi pertumbuhan ekonomi RI yang lebih rendah, dimana pertumbuhan diproyeksi hanya sebesar 4 persen secara tahunan, apabila situasi yang penuh ketidakpastian seperti sekarang ini masih terus berlanjut.
“Barangkali dalam skenario kasus terburuk, kita mungkin akan tumbuh 4 persen secara tahunan di bawah situasi seperti ini,” ujar Chatib Basri.
Akan tetapi, lanjut dia, optimisme tetap perlu dijaga secara berkelanjutan agar masyarakat terus bersedia membelanjakan uang mereka. Sebab, lebih dari 50 persen PDB disumbang oleh konsumsi masyarakat.
Adapun khusus untuk sektor perbankan, Chatib memandang kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) menjadi 9 persen akan berdampak terhadap bank-bank yang berukuran kecil.
“Mereka akan melihat masalah dari pengetatan likuiditas, lalu mereka akan mulai meningkatkan suku bunga, sehingga terjadi perang harga antar bank yang berpotensi berujung pada ketidakstabilan yang perlu diantisipasi,” tandasnya.