HOLOPIS.COM, JAKARTA – Istilah Teologi kiranya sudah sering didengar oleh Sobat Holopis, ada yang telah mengenal bahkan mempelajarinya. Namun, tidak jarang masyarakat hanya tahu istilah teologi saja, atau mungkin belum pernah mendengar sebutan tersebut.
Teologi berasal dari bahasa Yunani, theo dan logos. Kata Theo memiliki arti yang ilahi atau Tuhan, sedangkan kata logos berarti ide, gagasan, ilmu atau diskursus. Maka Teologi adalah ilmu tentang Tuhan atau Ilmu Ketuhanan. Jadi Teologi merupakan sebuah cabang ilmu, dan orang yang mempelajari secara mendalam dan terjun ke kajian Teologi disebut teolog.
Dikutip Holopis.com dari Jurnal Jaffray bertajuk Prospek Teologi Sebagai Ilmu, Selasa (18/10), menyatakan bahwa teologi merupakan ilmu yang bersifat multi dimensi. Karena itu, ilmu teologi harus bekerjasama dengan ilmu-ilmu lainnya tidak terkecuali filsafat sebagai pendukung ilmu teologi.
Lantas apa sebenarnya teologi itu dan makna apa yang terkandung dalam ilmu teologi dan perkembangannya. Yuk simak ulasan mengenai Teologi di bawah ini.
Apa Itu Teologi ?
Secara terminologi, kata Theologi menurut Collins dalam New English Dictionary menjelaskan bahwa Teologi adalah ilmu yang membahas tentang fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan hubungan-hubungan antara manusia dan Tuhan (The science which treats of the facts an phenomena of religion, and the relations between man and God).
Selain itu, Ahmad Hanafi mengartikan Teologi sebagai suatu kajian ilmu yang membahas tentang Tuhan dan pertaliannya dengan manusia, baik yang berdasarkan atas kebenaran wahyu ataupun berdasarkan penyelidikan akal murni manusia.
Dapat disimpulkan bahwa Teologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari hakikat tuhan dan sifat-sifatnya, serta pengetahuan yang dipunyai oleh manusia mengenai ketuhanan itu.
Perkembangan Teologi
Teologi pertama kali diungkapkan oleh Filsuf bernama Plato melalui bukunya yang berjudul The Republic of Plato. Pada konteks ini, Plato merujuk kepada teologi untuk menyatakan proses dalam memahami sifat ketuhanan melalui akal.
Selang beberapa waktu, Aristotle menggunakan teologi ekspresi yang merujuk kepada pemikiran mitologi, dan kemudian sebagai cabang asas falsafah. Melalui ilmu teologi, Aristotle melahirkan konsep metafizik.
Di abad pertengahan, Teologi sudah dikenal sebagai “queen of the science”. Teologi sebagai ilmu yang dipelajari mendapat tempat utama dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu, dapat diartikan bahwa setiap persoalan dalam masyarakat teologi memiliki jawabnya. Di era abad pertengahan, banyak lahir ilmu-ilmu baru, namun tidak terlepas dari tokoh gereja atau rohaniawan seperti Pascal, Newton, Keppler, dan lain sebagainya.
Teologi diterima oleh agama Kristian antara abad ke-4 dan ke-5. Sejak itu, dalam dunia Kristian, falsafah dan teologi dipelajari sebagai bagian dari disiplin yang sama hingga Zaman Renaissance. Semua agama menerapkan kajian dalam teologi. Dapat diartikan, seseorang dapat berbicara mengenai teologi Abrahamik (Yahudi, Kristen, Islam), Mesir, Yunani, Nordik dan Celtic.
Jenis-jenis Teologi
Teologi sebagai Teologi Biblika
Teologi biblika mempelajari Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Teologi tersebut, menekankan bagaimana tiap-tiap penulis Alkitab dipengaruhi oleh isu dan masalah-masalah pada situasi pembaca. Jadi, tujuan teologi biblika adalah mengungkapkan atau menemukan apa maksud penulis Alkitab dalam mengkomunikasikan beritanya kepada pembaca.
Teologi sebagai Teologi Historika
Agama apapun pada esensinya adalah sejarah, Tujuan belajar teologi historika adalah menolong untuk menemukan bentuk pemahaman teologis yang berasal dari tradisi dan mencoba mencari jawaban apakah bisa digunakan dalam konteks sekarang.
Teologi sebagai Teologi Sistematika
Ilmu teologi kaya dengan penyataan Tuhan yang biasanya “terhambur” dalam Kitab Suci. Seorang teolog harus mampu menatanya menjadi satu urutan yang baik berdasarkan logika (bagian dari ilmu), sehingga dapat tersusun sebuah urutan tentang teologi doa. Inilah yang disebut dengan teologi sistematika.
Teologi sebagai Teologi Moral
Teologi sebagai penyataan Tuhan sangat kuat berbicara tentang moralitas. Jadi, soal agama tidak terlepas dari etika dan moral. Teologi dan etika moral menyatu adanya, karena tidak bisa mengembangkan pengajaran etika moral tanpa hadirnya teologi
Teologi sebagai Teologi Kontekstual
Teologi bermuara kepada hal praktis atau “do theology”. Teologi harus dapat dicerna di komunitas akar rumput (grassroot community), dengan bahasa yang dipahami kebanyakan, dan menjawab kebutuhan komunitas masyarakat. Hal yang dapat digali adalah bagaimana tugas misi agama di dalam dunia ini, di mana teologi harus dikontekskan.
Teologi sebagai Teologi Penyembahan
Teologi tanpa penyembahan adalah mustahil, karena tujuan mengenal Tuhan adalah untuk memuliakan-Nya melalui cara-cara penyembahan, peran teologi diperlukan dalam meneliti bagaimana umat beragama melakukan cara penyembahan yang baik sesuai nilai dan ajaran yang difirmankan Tuhan.
Itulah informasi seputar Ilmu Teologi, semoga bermanfaat dan menambah wawasan Sobat Holopis.