HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan atau yang akrab disapa Zulhas meminta para pelaku usaha untuk lebih produktif dalam menghasilkan produk yang lebih inovatif.
Dengan begitu, lanjut dia, para pelaku usaha bisa menghasilkan produk yang mampu menembus pasar internasional.
“Indonesia tidak mungkin menjadi negara maju jika produknya tidak menyerbu dunia. Untuk menyerbu dunia, masyarakatnya harus produktif. Produktivitas akan menghasilkan karya yang bisa menyerbu pasar internasional,” kata Zulhas dalam keterangan resmi yang dikutip Holopis.com, Minggu (16/10).
Zulhas mengatakan, pemerintah berkewajiban membina dan membuka jalan agar pelaku usaha dapat memasuki pasar global, khususnya pasar baru.
Untuk itu, Pemerintah melakukan penjanjian dagang dengan negara mitra nontradisional, salah satunya dengan Uni Emirat Arab (UEA). Ini merupakan terobosan sebagai jalan tol agar pelaku usaha Indonesia bisa menyerbu kawasan Asia Selatan, Asia Tengah, Timur Tengah, Afrika, dan Eropa Timur.
“Jalan ke pasar negara mitra seperti Timur Tengah penuh rintangan. Dengan perjanjian kerja sama produk pelaku usaha Indonesia bisa masuk ke pasar Timur Tengah melalui UAE dengan tarif nol,” imbuhnya.
Kementerian Perdagangan, lanjutnya, juga menggelar kegiatan misi dagang ke negara mitra. Pada misi dagang ini, Kemendag akan mengajak pelaku usaha Indonesia yang memiliki produk andalan.
“Kementerian Perdagangan mempunyai perwakilan perdagangan di luar negeri seperti Indonesian Trade Promotion Center dan Atase Perdagangan di lebih dari 30 negara yang akan memfasilitasi pelaku usaha mempersiapkan produk pilihan dalam kegiatan misi dagang dan turut serta dalam pameran internasional,” terang Zulhas.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi dunia sedang mengalami perlambatan.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, International Monetary Fund (IMF) merilis revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Pada 2022 ini, ekonomi dunia diperkirakan hanya tumbuh sebesar 3,2 persen dan akan melambat menjadi 2,7 persen pada 2023.