HOLOPIS.COM, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) dikabarkan sangat kecewa dengan pernyataan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas soal penyelesaian konflik Palestina-Israel.
Diketahui, pada Kamis (13/10) Mahmoud Abbas mengadakan pembicaraan secara empat mata dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin pada sela-sela KTT Konferensi tentang Interaksi dan Tindakan Membangun Keyakinan di Asia (CICA) di Kazakhstan.
Kala itu Mahmoud Abbas dengan Vladimir Putin membahas mengenai perkembangan hubungan ekonomi dan kemanusiaan.
Seiring dengan hal tersebut, Mahmoud Abbas membeberkan ketidakmampuan Amerika Serikat menengahi negosiasi konflik Palestina-Israel kepada Putin.
“Kami tidak mempercayainya, kami tidak bergantung padanya, dan dalam situasi apa pun kami tidak dapat menerima bahwa Amerika Serikat adalah satu-satunya pihak dalam menyelesaikan masalah,” kata Abbas, sebagaimana dikutip Holopis.com dari Axios, Minggu (16/10).
Lanjutnya, Abbas menuturkan bahwa dirinya justru senang dan puas dengan dukungan Rusia terhadap Palestina.
“Rusia berdiri dengan keadilan dan hukum internasional, dan itu sudah cukup bagi kami,” sambungnya.
Pernyataan Abbas itu seolah menampar muka Amerika Serikat secara umum, dan memunculkan respon yang mengejutkan.
“Kami sangat kecewa mendengar pernyataan Presiden Abbas kepada Presiden Putin. Rusia tidak membela keadilan dan hukum internasional, sebagaimana dibuktikan oleh pemungutan suara terakhir di Majelis Umum PBB,” ucap Juru Bicara (Jubir) Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
“Putin adalah jauh dari kata jenis mitra internasional yang dibutuhkan untuk secara konstruktif mengatasi konflik Palestina-Israel,” tambahnya.
Lanjutnya, dikatakan bahwa justru Presiden Joe Biden lah yang telah menunjukan komitmen Amerika Serikat selama beberapa dekade untuk mencari solusi kreatif dan bekerja menuju perdamaian, demi memajukan stabilitas dan kemakmuran di seluruh Timur Tengah.
Diketahui, hal ini memunculkan kondisi, dimana terjadi kebuntuan diplomatik dalam proses perdamaian Palestina-Israel, dan mengikis legitimasi Abbas serta kunjungan Presiden Joe Biden pada Juli lalu, sehingga dinilai politiknya tak menghasilkan penyelesaian apa pun.
Hal tersebut juga didasari ketegangan yang sampai saat ini terjadi di wilayah Palestina, dimana terus terjadi pertumpahan darah hingga menyebabkan banyak korban jiwa di wilayah Tepi Barat, Palestina, akibat serangan Israel.