Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Stand Up Komedian, Ahmad Kemal Palevi memberikan sentilan keras kepada Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Dedi Prasetyo yang menyatakan bahwa kematian ratusan suporter Arema FC bukan karena gas air mata.

Ia menilai, statemen Mabes Polri tersebut cenderung merupakan upaya untuk mempertahankan diri agar tidak disalahkan di dalam tragedi Kanjuruhan pada hari Sabtu (1/10) malam itu.

“Si paling gak mau disalahin,” kata Kemal dikutip Holopis.com dari Tweetnya @kemalpalevi, Rabu (12/10).

Ia menegaskan bahwa jika tak ada tembakan gas air mata, apalagi gas air mata tersebut ternyata kedapatan sudah kadaluwarsa, jelas membuat para supporter lebih panik dan kalangkabut.

Tidak hanya Aremania (sebutan suporter Arema FC) yang turun ke lapangan saja yang panik, bahka mereka yang ada di kawasan tribun pun ikut panik sehingga aksi saling menyelamatkan diri pun terjadi. Terlebih akses pintu keluar tidak terbuka sehingga membuat banyak yang kehabisan nafas akhirnya tewas di lokasi.

Kondisi ini lah yang diprotes Kemal kepada Polri tentang gas air mata yang dinilai Mabes Polri bukan penyebab kematian 131 orang itu.

“Kan orang-orang lari dan berdesakan-desakan itu karena disemprot gas air mata pak, bukan karena ngeliat pocong :(,” ketusnya.

Sekedar diketahui Sobat Holopis, bahwa Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan bahwa berdasarkan pernyataan para ahli, tidak satu pun korban meninggal dunia ataupun luka-luka dalam tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, disebabkan gas air mata.

Pernyataan itu disampaikan Dedi mengutip pernyataan sejumlah ahli dan dokter spesialis yang menangani para korban. Mereka terdiri dari para dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan spesialis penyakit mata.

“Tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata,” kata Dedi di Mabes Polri, Senin (10/10).

Dedi mengungkapkan, berdasarkan pendalaman para ahli, para korban tewas dalam insiden Kanjuruhan akibat kekurangan oksigen. Para korban kekurangan oksigen karena berdesakan di pintu keluar stadion. Ia juga mengatakan bahwa dari sedikitnya 131 korban meninggal dunia, paling banyak akibat berdesakan di pintu 3, 11, 13 dan 14.

“Terjadi berdesak-desakan terinjak-injak, bertumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen di pada pintu 13, pintu 11, pintu 14, dan pintu 3. Ini yang jadi korbannya cukup banyak,” katanya.

Ia menjelaskan gas air mata pada prinsipnya hanya menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan sistem pernapasan. Menurut Dedi, gas akan menyebabkan mata perih seperti terkena sabun.

Namun, dampak tersebut akan hilang dengan sendirinya, serta tidak menimbulkan efek fatal. Begitu pula pada sistem pernapasan, gas air mata tidak menimbulkan dampak yang fatal. Menurut sejumlah ahli, kata Dedi, tak ada gas air mata yang menyebabkan pada kematian.

“Di dalam gas air mata tidak ada toksin atau racun yang mengakibatkan matinya seseorang,” ucapnya.