HOLOPIS.COM, JAKARTA – Mantan FIFA Security Officer, Timmy Setiawan menyampaikan bahwa stadion-stadion di Indonesia masih banyak kekurangannya, salah satu yang menjadi fokus yakni faktor ketidakpastian kapasitas penonton, yang diakibatkan kursi non-single seat.
“Sepertinya single seat itu tidak bisa ditawar lagi. Karena single seat itu sudah maksud untuk membatasi kapasitas penonton,” ungkap Timmy dalam acara Ruang Tamu Holopis Channel, Jumat (7/10).
Kemudian salah satu masalah terjadinya kelebihan kapasitas penonton di suatu stadion karena salah satunya faktor penontonnya itu sendiri. Kebiasaan-kebiasaan orang Indonesia yang berbeda dengan orang negara lain menjadi hal lain yang perlu diperhatikan.
“Sebagai contoh, kalo pertandingan di luar negeri, sampai 15 menit sebelum laga dimulai, itu masih banyak yang kosong. Karena semuanya yakin bahwa seat-nya dia sudah dibeli jadi pasti dapat. Kalau sekarang kan rebutan siapa yang duluan,” katanya.
“Dan yang dikuatirkan, kalau memang sekarang dipaksakan karena mentalnya belum siap, kebanyak orang yang dapat tiket di bawah, maunya naik yang agak tinggi sedikit, maunya ke tengah, pindah lagi. Jadi dengan demikian keinginan-keingnan seperti itu sudah tidak ada lagi. Karena memang tidak bisa diakomodir,” sambungnya.
Lanjutnya Timmy menjelaskan bahwa perlu ada edukasi lebih lanjut mengenai penggunaan single seat di Stadion Indonesia.
Selain mengenai single seat, Timmy juga menyoroti kurangnya tanda-tanda atau rambu-rambu di dalam Stadion, hal itu kecil, namun penting.
“Lalu kita kurang banyak sign, rambu-rambu, langkah untuk evakuasi kemana. Mestinya sebelum tanding itu ditayangkan. Dalam kondisi emergency, jangan panik tapi cari exit yang betul-betul untuk evakuasi,” ucapnya.
“Selama ini kita ga pernah ada simulasi atau latihan evakuasi. Itu mungkin PR tambahan, tapi saya rasa itu baik dan efektif untuk kebaikan kita semua ke masa yang akan datang,” sambungnya.
Kemudian Timmy mencontohkan pertandingan sepakbola di Liga Inggris, dimana disebut bahwa dalam pantauan kamera semuanya terlihat rapi, mulai dari tangga tribun dan lain-lainnya tak ada penonton yang duduk di tangga.
“Artinya faktor-faktor evakuasi secara safety itu sudah sulit. Bagaimana, orang mau ke toilet saja mesti numpang-numpang, karena memang tangganya semua sudah di okupasi oleh yang nonton. Nah itu memang butuh waktu untuk betul-betul kita bisa menggunakannya secara betul-betul safe, safetynya terjaga,” pungkasnya.
Pernyataan Timmy Setiawan tersebut tentu menjadi penting saat ini, mengingat sebelumnya Presiden Jokowi menginstruksikan pihak-pihak terkait untuk mengevaluasi total mengenai sepakbola di Indonesia.
Instruksi itu ada, berkaca dari tragedi Kanjuruhan yang merenggut ratusan korban jiwa, dimana masalah-masalah mengenai pelaksanaan pertandingan pun diungkap Kapolri dalam konpers pengumuman tersangka kasus tragedi Kanjuruhan.