HOLOPIS.COM, JAKARTA – Seniman Ratna Sarumpaet mengatakan bahwa tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang mayoritas suporter Aremania di Stadion Kanjuruhan Malang adalah bentuk kelalaian yang dilakukan oleh para elit di industri persepakbolaan.

“Peristiwa menyedihkan itu terjadi akibat bencana kelalaian, ini adalah bencana kelalaian yang di buat para elit industri sepakbola penggila harta, yang membuat ratusan nyawa manusia tidak lagi berharga,” kata Ratna dalam keterangannya yang diterima oleh Holopis.com, Rabu (5/10).

Hal ini karena para elit tersebut hanya sekedar mengejar rating dan tarif iklan di jam-jam prime time. Ratna menuding bahwa mereka tidak peduli apakah nantinya ada risiko yang berujung fatal atau tidak.

“Yang pasti ada sekitar Rp400-an miliar untuk hak siar liga 1, ada tayangan prime time (18.00-23.00 WIB) yang menggiurkan rating, dan iklan-iklan berbuah tumpukan materi,” ujarnya.

Ia juga menyebut bahwa persoalan yang terjadi muaranya adalah hilangnya moralitas Pancasila dari para elite tersebut. Apalagi saat ini, Pancasila disebut Ratna kurang diaktualisasi di dunia pendidikan tanah air.

“Suka atau tidak, semua itu berkaitan erat dengan dihilangkannya pendidikan moral Pancasila di sekolah-sekolah, setelah bangsa ini terjerumus ke UUD Amandemen 20 tahun silam,” tuturnya.

Oleh sebab itu, ia mengajak semua pihak untuk merenungkan kembali bahwa pendidikan Pancasila harus kembali diperkuat, serta menjalankan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dengan baik dan benar.

“Maka tobatlah bangsaku. Mari kita bersama-sama mengembalikan bangsa kita tercintai ini ke Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bismillah,” pungkasnya.