HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hari Hewan Sedunia atau World Animal Day diperingati pada 4 Oktober di setiap tahunnya.

Adanya Hari Hewan Sedunia ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia, agar lebih memperhatikan serta menghargai satwa sebagaimana mestinya.

Berikut ini sejarah singkat Hari Hewan Sedunia dan cara merayakannya, sebagaimana dilansir Holopis.com dari National Day Calendar, Selasa (4/10).

Sejarah Hari Hewan Sedunia

Pada 24 Maret 1925 Heinrich Zimmermann yang merupakan seorang penulis, penerbit sekaligus pemerhati binatang Jerman, menyelenggarakan Hari Hewan Sedunia.

Pada tahun 1929, Hari Hewan Sedunia kemudian berubah menjadi 4 Oktober, dengan Jerman, Austria, Swiss dan Cekoslawakia merayakan hari besar tersebut untuk yang pertama kalinya.

Lalu pada tahun 1931, Kongres Perlindungan Hewan Internasional di Italia mengadopsi resolusi untuk secara resmi menjadikan Hari Hewan Sedunia jatuh pada 4 Oktober di setiap tahunnya.

Dipilihnya 4 Oktober, disinyalir sekaligus memperingati kematian Fransiskus dari Assisi, dimana ia merupakan pelindung ekologi, termasuk hewan.

Mengenai Assisi, beberapa orang percaya bahwa dia dapat berkomunikasi dengan hewan. Selain itu, sebuah lukisan pun menggambarkan Assisi sedang berkhotbah kepada binatang dan bahkan bisa menjinakkan serigala.

Cara Merayakannya

  • Mengadakan seminar pendidikan
  • Mengadopsi hewan peliharaan
  • Kesadaran dan pencegahan rabies
  • Protes damai untuk meningkatkan kesadaran akan masalah kesejahteraan hewan
  • Memberikan edukasi mengenai satwa kepada masyarakat

Dalam hal ini, poin terakhir soal edukasi satwa menjadi penting untuk menjadi pembelajaran masyarakat luas, di Indonesia sendiri program edukasi mengenai satwa sudah cukup diperhatikan.

Salah satu contoh edukasi satwa yang bisa membantu masyarakat luas, terutama untuk kalangan anak di sekolah-sekolah agar bisa lebih perhatian terhadap hewan, bisa diselaraskan dengan perkembangan zaman, seperti hal nya penggunaan media sosial.

Seperti yang terjadi di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta, dimana edukasi siswa turut memanfaatkan perkembangan teknologi, salah satunya Instagram.

Meski kala itu pihak Kebun Binatang Ragunan menggunakan fasilitas media sosial, sebagai penunjang program edukasinya saat Pandemi, namun cara tersebut sangat bermanfaat untuk masyarakat luas, terutama kalangan anak sekolah.

Dalam hal ini, penyertaan media sosial yang diselaraskan dengan program edukasi satwa itu sendiri dikatakan langsung oleh Wahyudi Bambang, selaku Staff Layanan Informasi dan Kehumasan Unit Pelayanan Taman Margasatwa Ragunan (UPTMR).

“Banyak sekolah-sekolah yang meminta kami untuk menjadi Zoo tour guide namun secara virtual, jadi kita membuat live Instagram kemudian melakukan siaran langsung dan itu ditonton oleh murid sekolah, dan murid sekolah pun tidak datang ke sekolah, mereka dari rumah masing-masing untuk menyaksikan secara langsung situasi kebun binatang,” ungkapnya, saat ditemui tim Holopis.com.