HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menilai insiden Stadion Kanjuruhan tak sepenuhnya kesalahan suporter Aremania. Ia menilai bahwa aparat keamanan wajib melakukan introspeksi diri.
“Jangan semuanya dipersalahkan ke suporter. Kenapa polisi tetap tembakkan gas air mata ke tribun saat penonton padat,” kata Habib Syakur kepada Holopis.com, Selasa (4/10).
“Jika polisi tidak menembakkan gas air mata ke arah tribun dan pintu stadion dibuka lebar, mungkin insiden itu tak akan sampai menewaskan ratusan orang,” imbuhnya.
Di dalam prosedur tetap penembakan gas air mata, tentu ada sebuah instruksi dari pimpinan atau komandan. Menurut Habib Syakur, analisis dari pimpinan ini tentu perlu dipertanyakan mengapa tidak mengukur terlebih dahulu dampaknya.
“Tak mungkin anggota tembakkan gas air mata tanpa izin komandan. Rasa-rasanya perlu dievaluasi total mengapa sampai tidak dikalkulasi secara matang, asal represif aja,” ujarnya.
Untuk itu, ia meminta kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) di bawah komando Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Prof Mahfud MD bisa menuntaskan kasus ini.
“Saya yakin pak Mahfud mampu menuntaskan kasus ini dengan cepat. Siapapun yang salah tak boleh dibela. Cukup drama Sambo (Ferdy Sambo -red) menjadi catatan buruk bagaimana oknum institusi Polri bekerja,” tukasnya.
Lebih lanjut, Ulama Asal Kota Malang itu mengajak semua pihak untuk tetap menjaga kondusifitas. Apalagi pemerintah Provinsi Jawa Timur dan pemerintah pusat sudah memberikan perhatian serius atas tragedi Kanjuruhan itu.
“Ibu Khofifah dan Presiden Jokowi sudah turun tangan. Mari menjaga dan menahan diri, kita percayakan semua stakeholder bekerja, arek-arek Malang mari jaga kondusifitas,” tuturnya.
Terakhir, Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid juga menyampaikan bela sungkawa atas wafatnya 125 orang. Sementara untuk korban luka-luka sebanyak 323 orang, ia doakan segera lekas pulih.