HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ahli Tata Negara Prof. Jimly Asshiddiqie mengatakan, bahwa Indonesia memiliki permasalahan berupa krisis pemimpin transformational leadership atau transformasi kepemimpinan skala nasional.
“Ini ada problem leadership, kita terlalu pragmatis, sehingga hampir semua orang transaksional, jadi bukan transformational leadership, tapi transaksional leadership, pragmatis,” kata Prof. Jimly di kanal Youtube Akbar Faizal Uncensored seperti dikutip Holopis.com, Sabtu (1/10).
Selanjutnya ia menyebutkan, gaya kepemimpinan itu terlihat dari cara Jokowi menyikapi isu tiga periode atau calon wakil presiden (cawapres). Menurut Jimly, Jokowi sadar bahwa isu tersebut akan menguntungkan dirinya secara politis.
“Maka cara melihatnya pun dibiarin isu ini, karena ada manfaatnya juga. Manfaatnya ialah memastikan siapapun nanti akan meneruskan program saya (Jokowi),” ucapnya.
“Jadi, ini sambil ada baiknya juga isu ini untuk Pak Jokowi. Jadi, untuk memastikan siapapun nanti akan menyesuaikan diri, memuji-muji dia akan melanjutkan semua program dia,” sambungnya.
Kemudian, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu, menyampaikan bahwa keterdiaman Jokowi dalam menanggapi isu ini atas pertimbangan yang politis.
“Pertimbangan yang murni politik, dia tahu bahwa ini tidak mungkin, tapi sengaja dibiarin,” terangnya.
Lebih lanjut, kondisi ini muncul imbas dari tidak adanya pemimpin yang berusaha menjadi pendidik bagi masyarakat.
“Karena kita tidak punya leadership yang berusaha untuk mencerahkan, mendidik, tapi politisi biasa. Padahal, pemimpin itu adalah juga pendidik,” sebutnya.