HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pernyataan Vladimir Putin bahwa militer Rusia akan menggunakan skema Mobilisasi Parsial untuk berperang melawan Ukraina ternyata ditolak oleh warganya sendiri.
Diketahui, bahwa pidato Vladimir Putin sebelumnya soal Mobilisasi Parsial cukup mengejutkan dunia, di tengah-tengah memanasnya konflik dengan Ukraina.
Sebelumnya Vladimir Putin menganggap bahwa Rusia saat ini sangat membutuhkan cara tersebut untuk bisa menambah kekuatan militernya melawan Ukraina, yang diklaim mendapat bantuan Barat.
“Dalam situasi ini, saya menganggap perlu untuk mengambil keputusan berikut, yang sepenuhnya memadai untuk ancaman yang kita hadapi. Lebih tepatnya, saya merasa perlu untuk mendukung usuk Kementerian Pertahanan dan Staf Umum tentang mobilisasi parsial di Federasi Rusia untuk mempertahankan Tanah Air kita dan kedaulatannya serta integritas teritorialnya, dan untuk memastikan keselamatan rakyat,” ungkap Putin.
“Seperti yang telah saya katakan, kita berbicara tentang mobilisasi parsial. Dengan kata lain, hanya tentara cadangan, terutama mereka yang bertugas di angkatan bersenjata dan memiliki spesialisasi pekerjaan militer tertentu dan pengalaman terkait, yang akan dipanggil,” tambahnya.
Selain itu, Putin juga menjelaskan bahwa mereka yang dipanggil akan menjalani pelatihan militer tambahan wajib berdasarkan pengalaman operasi militer khusus.
Kemudian, kondisi semakin panas ketika Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, bahwa pihaknya akan mengumpulkan sebanyak 300 ribu tentara cadangan untuk membantu pasukan militer melawan Ukraina.
Hal tersebut lantas memancing protes publik, dimana warga berbondong-bondong turun ke jalan untuk menyuarakan aksi penolakan kebijakan Presiden Vladimir Putin tersebut.
Dilansir dari Sky News, Kamis (22/9), disebutkan bahwa para demonstran menyuarakan ‘Tidak untuk perang’ sebagai bentuk perlawanan militer.
Dilaporkan bahwa setidaknya 300 orang turun ke Moskow untuk menyuarakan hal tersebut, dikabarkan juga bahwa para demonstran diperlakukan secara brutal karena ekspresi penolakannya itu.
Terkait hal ini, koresponden media tersebut juga mengklaim bahwa ada ketakutan yang tergambar di wajah orang-orang saat ini.
“Kami belum melihat protes di kota-kota selama lima atau enam bulan terakhir, orang-orang sangat takut dengan fakta bahwa mereka akan ditahan, dan itu jelas apa yang terjadi,” ucapnya.
Laporan tersebut juga mengklaim bahwa, meski ada penolakan dari sebagian besar warganya, ada pula dukungan yang datang dari generasi yang lebih tua, dimana mereka meyakini bahwa Mobilisasi Parsial dinilai perlu untuk saat ini.