HOLOPIS.COM, JAKARTA – Belakangan ini ramai diperbincangkan di muka publik bahwa, keamanan data perbankan di Indonesia diklaim jauh dari kata aman.
Banyaknya kebocoran data, hingga mudahnya sistem bank itu sendiri mendapat peretasan menjadi poin penting yang patut diperhatikan.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Gildas Deograt Lumy selaku Ketua Forum Keamanan Siber dan Informasi (Formasi), dimana ia pun menjelaskan mudahnya bank dibobol karena pihak bank itu sendiri menganggap bahwa security data mereka sudah dianggap aman, padahal sebaliknya.
“Bisnis proses yang dibuat bank itu banyak yang tidak aman dan bank berasumsi pihak lain aman yang asumsi itu salah sebetulnya, kenapa bank gampang dibobol karena bank berasumsi pihak lain aman,” ucapnya, sebagaimana dilansir dari YouTube Deddy Corbuzier, Jumat (16/9).
“Jadi pas bank menjalani bisnis proses tahun 1980-an lewat call center termasuk beberapa layanan yang kita bisa dapat kartu kredit pengganti, padahal data-data yang sudah umum ini berceceran di internet,” tambahnya.
Lanjutnya, Gildas juga turut menjelaskan bahwa dalam hal ini, sistem iBanking pun belum lah aman.
Selain itu, soal membuka rekening di bank pun tak luput dari perhatiannya. Gildas menuturkan, sebelum membuka rekening di bank, tentu ada suatu perjanjian yang terdiri dari enam halaman bolak balik, dimana isi poin di dalamnya yakni yang bertanggung jawab penuh adalah nasabah itu sendiri.
“Waktu orang buka rekening kan ada terms and conditions-nya enam halaman bolak balik delapan poin, saya baca dan salah satu kalimat yang pokoknya yang isinya saya sebagai nasabah bertanggung jawab penuh terhadap kartu, user id, password, dan lain sebagainya,” ujarnya.
“Ini kalau diterjemahkan di hitam putih begini, om Dedy bank, taruh duitnya di gue kalau kurang lo tanggung jawab. Itu yang saya bilang manajemen risiko di perbankan di Indonesia itu namanya blind transfers atau mentransfer risiko ke orang buta,” tukasnya.
Sebagai informasi tambahan, Gildas Deograt Lumy diundang ke podcast Deddy Corbuzier untuk membahas soal peretasan yang kini tengah ramai di muka publik yakni soal Bjorka.
Gildas juga membeberkan seperti apa Bjorka itu sendiri, hingga mengklaim bahwa caruk marut seperti ini juga merupakan kesalahan dari pemerintah Indonesia.
Tahun 2024 menjadi momen bersejarah bagi Sharp Indonesia. Dengan peluncuran sejumlah produk unggulan yang mendapat…
Bencana banjir merendam ratusan rumah warga di Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur sejak beberapa hari…
Duel seru antara Manchester City vs Everton akan tersaji di laga pembuka Boxing Day Liga…
JAKARTA - Seorang pria yang merupakan salah satu daftar manifesto Azerbaijan Airlines sempat membuat video…
Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) meluncurkan platform RumahQu sebagai bagian dari upaya mendukung percepatan…
Sudah 20 tahun lamanya tsunami Aceh yang sangat mematikan terjadi. Peristiwa yang memakan banyak korban…