HOLOPIS.COM, JAKARTA – Influencer sekaligus pegiat media sosial, Rudi Valinka alias Kurawa menilai bahwa Bjorka sebenarnya adalah second name dari pegiat IT lokal. Hanya saja, ia menggunakan VPN (virtual private network) untuk mengelabuhi jejak Internet Protocol (IP) yang digunakan agar seolah-olah memang sedang berada di Polandia.
“Ngaku-ngaku tinggal di Polandia, padahal cuma pakai VPN berbayar aja, real location paling kagak jauh dari Ciputat kalau moving dia ke Depok aja sekitaran Cimanggis situ deh,” tulis Kurawa, Minggu (11/9).
Alasan pertama ia menduga kuat bahwa pemilik second name Bjorka adalah orang Indonesia, karena di dalam statemennya ada story telling yang sedang dimainkan untuk melegitimasi aktivitas sibernya itu.
“Kalau akun anonim sudah bercerita pengalaman dia dan coba spill latar belakang hidupnya, maka gue pastikan itu bokis (bohong -red),” ujarnya.
https://twitter.com/bjorkanism/status/1568562086627647490
Kurawa menilai saat ini aktivis IT di balik nama Bjorka sudah merasa menjadi target operasi para peretas lainnya. Dengan kualitas peretasan data seperti itu, analisa bahwa dia orang Indonesia sangat kuat.
“Dia tahu lagi di-hunting sama hacker-hacker lain semacam pengalihan issue. Feeling gue sih itu akun hacker lokalan juga. Cuma TOEFL-nya aja dia bagus,” tandasnya.
Persoalan peretasan data untuk kepentingan doxing sebenarnya bukan sesuatu yang hebat menurut Kurawa. Pasalnya, aksi serupa juga pernah dilakukan oleh pegiat media sosial El Diablo yang mengoperasikan akun Digembox.
“Waktu si el doxing akun-akun ngeh*k mereka semua marah-marah, sekarang ada akun Bjorka yang hacking web pemerintah mereka standar ganda. Padahal yang dilakukan oleh akun Bjorka sih banyak hacker lokal yang bisa lakukan,” terangnya.
Persoalan peretasan data pribadi bukan kemampuan hacking tertinggi. Akan tetapi ia juga mengakui bahwa memang security data di Indonesia sangat lemah, khususnya di sistem data milik pemerintah.
“Ini bukan soal dia hebat tapi emang security internet kita emang dodol,” tukasnya.
Kurawa akan memberikan apresiasi dan rasa salut kepada Bjorka jika mampu membobol data perbankan.
“Gue baru salut dan angkat topi kalau ada hacker yang bisa bobol program bank-bank gede, itu baru bukan kaleng-kaleng,” ucapnya.
Ia menyayangkan Bjorka hanya pamer kemampuan pembobolan file di sistem data pemerintah Indonesia. Karena menurutnya, pengelolaan sistem data dan security system di pemerintahan Indonesia masih sangat jauh dari kata sempurna. Hal ini karena persoalan birokrasi dan tender pengadaan perangkat IT yang menurutnya hanya persoalan markup anggaran.
“Tapi kalau (security) web pemerintah sih ampun deh, RAB (rancangan anggaran biaya) pembuatan webnya aja yang mahal, dan sempurna pas pengerjaannya mark up-nya gila-gilaan. Audit pengadaan IT di Indonesia belum ada yang heboh,” kata Rudi.
Terakhir, Rudi Valinka memberikan penilaian terakhir terhadap kegaduhan aksi peretasan yang dimotori akun anonim Bjorka. Ia menyebut untuk menjadi pembobol data seseorang, sebenarnya tak perlu kemampuan hacking dengan level middle.
“Di Indonesia gak perlu jadi Hacker kalau lo mau jebol data orang, tinggal cari operator atau data admin terus ikutin deh gaya bicara gubernur Firaun, mohon dibantu yah Mas atau mbak?. Passwordnya : beberapa lembar gambar soekarno hatta aja,” ketusnya.