HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar menyebut tantangan perekonomian global saat ini berkaitan dengan kondisi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan.
“Permasalahan dan tantangan yang dihadapi saat ini jelas berkaitan dengan kondisi geopolitik yang berkepanjangan menuju ke pertentangan yang makin tinggi,” kata Mahendra saat rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8).
Mahendra menuturkan, salah satu dampak dari kondisi geopolitik itu adalah lonjakan harga sejumlah komoditas. Dari sekian komoditas yang ada, minyak dunia menjadi komoditas yang menjadi sorotan karena secara tidak langsung, kenaikan harga minyak dunia akan berdampak pada sektor keuangan.
Menurut Mahendra, minyak dunia menjadi komoditas yang berbeda dengan komoditas lainnya. Sebab, fluktuasi harga dari komoditas ini tidak disebabkan oleh suplai dan demand, melainkan dari kondisi geopolitik yang ada saat ini.
Sehingga, lanjut dia, kondisi ini perlu menjadi perhatian lantaran fluktuasi dari harga minyak dunia yang tak menentu seperti halnya dengan kondisi geopolitik Rusia-Ukraina akan memicu ketidakstian global.
“Dalam konteks itu yang menjadi perhatian tentu berbeda dengan komoditas-komoditas lain yang naik turunnya berdasarkan suplai dan demand. Untuk minyak bumi secara berbeda adalah justru salah satu instrumen penting dalam geopolitik,” tuturnya.
Lebih lanjut, mantan Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) RI itu bahkan mengibaratkan kondisi perekonomian global bak keluar dari mulut buaya yang kemudian masuk ke mulut harimau.
“Dampak dari kondisi ekonomi dunia tadi yang bisa diibaratkan keluar dari pandemi masuk ke dalam ketidakpastian global. Ini seperti keluar dari mulut buaya masuk ke mulut harimau,” ungkapnya.
Dengan demikian, para pelaku industri jasa keuangan harus ikut mewaspadai terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam ketidakpastian ini. Serta, pihaknya selaku regulator juga harus mengutamakan keseimbangan stabilitas sektor jasa keuangan sambil menjaga pemulihan ekonomi.
“Dalam apa kebijakan langkah-langkah yang dilakukan oleh OJK secara sendiri maupun terpadu dengan pemerintah dan BI,” pungkasnya.