HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, bahwa anggaran subsidi energi di tahun ini sudah sangat membengkak.

Bahkan keuntungan mendadak atau windfall profit yang didapat pemerintah dari kenaikan harga komoditas andalan, seperti batu bara dan CPO pun tak mampu menutupi subsidi yang di dalamnya termasuk subsidi untuk Pertalite, solar, LPG 3 Kg, hingga listrik tersebut.

“Dengan penerimaan negara yang bertambah Rp420 triliun pun, yang kita pakai semua untuk subsidi energi, Pertalite, Solar dan LPG 3 Kg, dan listrik itu enggak akan mencukupi. Seluruh windfall profit dipakai semuanya, tidak akan mencukupi karena akan habis,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, Jumat (26/8).

Sri Mulyani menuturkan, pemerintah baru akan melunasi tagihan subsidi dan kompensasi terhadap Pertamina dan PLN pada September tahun depan.

“Kalau APBN tiap bulan masih surplus, tagihannya (Rp502 triliun) baru ditagihkan di September,” jelasnya.

Berdasarkan data postur APBN yang termuat di Perpres 98/2022, Sri Mulyani telah menyampaikan adanya kenaikan komoditas andalan Indonesia, selain minyak.

Karena naiknya harga komoditas global, terutama batu bara dan CPO, pendapatan negara naik Rp420 triliun menjadi Rp2.266,2 triliun. PNBP juga meningkat Rp146 triliun menjadi Rp481,6 triliun dari semula Rp335, 6 triliun.

“Di sisi pendapatan ada berita baik, tetapi di sisi belanja subsidi meningkat,” ujar Sri Mulyani.

Alhasil, pemerintah harus menambah anggaran belanja negara yang didalamnya termasuk anggaran subsidi dan kompensasi sebesar Rp393 triliun menjadi 3.106,4 triliun. Jika tidak, kata Sri Mulyani, PLN dan Pertamina tidak dapat bertahan.

Untuk berjaga-jaga agar masyarakat tidak shock, pemerintah memberikan bantalan subsidi listrik dan bantuan sosial. Pemerintah saat itu memutuskan untuk menaikkan anggaran subsidi tiga kali lipat menjadi Rp 502,4 triliun.