HOLOPIS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Komisi III DPR RI Desmond J Mahesa mengatakan kasus pembunuhan Brigadir J yang melibatkan Irjen Ferdy Sambo menimbulkan banyak pertanyaan.

Salah satunya apakah ada budaya saling menutupi kasus di tubuh Polri atju kepolisian.

“Ada apa kok insitusi terlibat banyak ini, ada kesan geng-gengan, ada kesan kebiasaan untuk tutup kasus per kasus,” kata Desmond dalam rapat Komisi III bersama Kapolri, Rabu (24/8).

Desmond juga menyinggung dugaan adanya penasihat kapolri terlibat kasus Ferdy Sambo, ditambah adanya diagram konsorsium 303 yang ia sebut bisa merusak citra Polri.

“Itu merusak citra Polri kalau enggak terjawab dengan baik. Bisa ini muncul diagram yang seolah-olah membalas, ini ada kayak perang di Polri, ini dipertanyakan,” kata Desmond.

Anggota Komisi III Taufik Basari juga menyinggung adanya budaya saling menutupi kasus di dalam institusi Polri.

“Jadi pertanyaan apakah sudah jadi kultur saling bantu membantu dalam kejahatan, kultur menutup-nutupi kasus?, bekerja sama untuk bahu membahu melakukan rekayasa ini. ini problemnya kultur,” uajarnya.

Taufik juga menyinggung diagram kerajaan Sambo yang dia duga bisa saja berasal dari dalam Polri sendiri.

“Beredar diagram macam-macam, yang kalau kita liat bentuknya itu yang yang biasa dipakai kalau gelar perkara. Jadi timbul pertanyaan jangan-jangan muncul dari dalam. Kita ingin Polri solid, maka Kapolri sebagai masinis harus bisa jadi pemimpin satu lokomotif,” pungkas Taufik.

Komisi III DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit untuk meminta penjelasan terkait kasus kematian Brigadir J yang menyeret nama Irjen Ferdy Sambo.

Dalam paparannya, Listyo menyatakan bahwa kasus Sambo tersebut adalah pukulan telak atau pil pahit bagi institusi Polri.

“Tentunya pil pahit bagi kami,” kata Listyo dalam RDP Komisi III, Rabu (24/8/2022).

Meski demikian, Listyo menyebut kasus Sambo menjadi momentum Polri untuk berbenah dan menjadi lebih baik lagi.