HOLOPIS.COM, SUMBA TIMUR – Sebanyak 198 desa/kelurahan di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), terancam bencana kekeringan ekstrem pada musim kemarau tahun 2022.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumba Timur, akan menyalurkan air bersih dan mendata petani terdampak.

“Sumba Timur telah mengalami kekeringan ekstrem, ada beberapa titik di wilayah Haharu. Total wilayah kekeringan sebanyak 108 desa/kelurahan. Kami sedang menyalurkan air bersih dan mendata petani terdampak,” ujar Kepala BPBD Kab. Sumba Timur, Mikail Jaka Laki, Rabu (24/8).

Sebagai informasi, seluruh zona musim di NTT sudah masuk periode musim kemarau. BMKG pun, sudah keluarkan peringatan dini kekeringan Meteorologis di NTT per 20 Agustus 2022. Untuk itu, masyarakat diminta untuk waspada ancaman bencana kekeringan.

Langkah yang disudah dilakukan BPBD Kabupaten Sumba Timur, yakni membangun dan koordinasi dengan beberapa dinas teknis terkait ancaman kekeringan itu.

Koordinasi yang dilakukan antara lain, dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur. Guna mendata luas wilayah terdampak, dan jumlah petani yang terdampak atas ancaman kekeringan.

Dampak bencana kekeringan, antara lain gagalnya tanam dan panen. Apalgi ditambah dengan hama belalang yang selalu menyerang wilayah tersebut. Lahan yang gagal penen akibat serangan hama belalang, sekitar 3.900 hektar.

BPBD juga berkoordinasi dengan Dinas PUPR Sumba Timur, untuk meminta bantuan mobil tangki air guna menyalurkan air bersih kepada warga pada lokasi terdampak.

Permintaan air ini sendiri telah dilaporkan sejak bulan Juni namun pihak BPBD terkendala mobil tangki tersebut. Ia mengatakan jumlah desa yang terdampak akan terus meningkat, sebagaimana kejadian ini yang sering terjadi di Kabupaten Sumba Timur.

Pihaknya, kata Mikail Jaka Laki , tengah menyiapkan laporan terkini terkait bencana kekeringan di wilayah itu. Selain itu BPBD juga menyiapkan draf penetapan status bencana kekeringan untuk diteruskan bersamaan dengan data dampak kekeringan ke BPBD Provinsi NTT.