HOLOPIS.COM, JAKARTA – Koordinator Forum Kajian Isu Strategis Negara Demokrasi (Forum KiSSNed), Erlangga Abdul Kalam mendesak kepada Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo untuk segera membongkar kasus bisnis judi online yang dikendalikan oleh Irjen Pol Ferdy Sambo.
“Kami mendesak kepada Kapolri untuk memanggil sekaligus memeriksa anggota-anggotanya yang terlibat dalam pengelelolaan dan pengamanan kasus judi online milik Ferdy Sambo,” kata Erlangga dalam keterangannya, Sabtu (20/8).
Desakan ini disampaikan Erlangga karena diduga kuat bisnis gelap Ferdy Sambo menyeret beberapa Kapolda di Indonesia.
“Diantaranya; Kapolda Jawa Timur, Irjen. Pol. Dr. Nico Afinta, Kakorbinmas Baharkam Polri, Irjen. Pol. Suwondo Nainggolan, Analis Kebijakan Utama bidang Pidkor Bareskrim Polri Irjen. Pol. Adi Deriyan J dan Kapolda Metro Jaya, Irjen. Pol. Dr. Drs. H. M. Fadil Imran, M.Si,” sebutnya.
Bahkan ia sampai menyebut keterlibatan Kapolda Fadil Imran sudah terjadi sejak ia menjadi orang nomor satu di tim reserse Polda Kepulauan Riau.
“Keterlibatan Fadil Imran sendiri diketahui sudah berlangsung sejak 2011 lalu, saat Fadil berdinas sebagai Dirreskrimum di Polda Kepri,” ujarnya.
Erlangga menuding bahwa bisnis gelap yang sudah dijalankan selama puluhan tahun oleh Ferdy Sambo dan seluruh kroni-kroninya tersebut membuat mereka sukses menerima setoran dana setiap tahunnya lebih dari Rp1,3 triliun.
“Angka yang dangat fantastis,” sambungnya.
Tidak hanya itu, Erlangga juga mengklaim memiliki data-data lengkap terkait dengan tudingan yang ia sampaikan itu. Bahkan ia menyebut bahwa Irjen Pol Fadil Imran sampai memberikan uang hasil bisnis gelap judi onlinenya kepada anak perempuannya Farah Puteri Nahlia, yang merupakan anggota DPR RI (Fraksi PAN).
“Sebagai informasi bahwa kekayaan Ferdy Sambo dan Fadil Imran sangat fantastis, sehingga tidak tercatat di LHKPN. Hasil temuan data-data diatas, membuat kami semakin merasa hilang kepercayaan dengan institusi kepolisian,” tandasnya.
Di sisi lain, Erlangga juga menyoroti tentang insiden tindakan represifitas dan kekerasan aparat Kepolisian sepanjang 5 (lima) tahun terakhir juga menjadi catatannya sendiri.
“Kekerasan yang sering dilakukan oleh anggota kepolisian terhadap mahasiswa dalam 5 tahun belakangan ini saja sudah luar biasa jumlahnya, ditambah dengan kasus penembakan terhadap Brigadir Joshua yang sampai kini belum usai, serta diperparah dengan adanya bisnis gelap judi online di internal kepolisian,” ujarnya.
Untuk itu, ia memberikan penekana bahwa seharusnya institusi Kepolisian adalah menjadi tempat di mana rakyat menaruh harapan banyak untuk memberantas penyakit masyarakat dan kejahatan seperti narkoba, miras judi, justru malah dinodai oleh oknum-oknum di dalamnya.
“Pantas saja, selama ini judi online di Indonesia semakin marak dan tidak bisa diberantas dengan maksimal, pihak yang dianggap mampu menyelesaikannya saja ikut bermain. Miris,” ketusnya.