Kedua peristiwa tersebut yang membuat Jepang terpaksa menyerah kepada sekutu, sekaligus menandai berakhirnya Perang Dunia II.

Kabar menyerahnya Jepang ke di tangan sekutu pun terdengar oleh Golongan muda yang terdiri dari Sukarni, Wikana, Chairul Saleh, Yusuf Kunto, dan lainnya melalui siaran Radio BBC milik Inggris.

Kemudian, mereka pun mendesak Soekarno untuk segera menyelenggarakan Proklamasi Kemerdekaan guna memanfaatkan situasi kekalahan Jepang dari sekutu.

Sebagi bentuk desakan kepada Soekarno, golongan pemuda memutuskan untuk menculik Soekarno dan Muhammad Hatta ke Rengasdengklok, Karawang pada 16 Agustus 1945 dini hari.

Kala itu, disepakati proklamasi kemerdekaan dilaksanakan pada Jumat, 17 Agutus 1945.

Usai kesepakatan tersebut, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa kembali ke Jakarta dan tiba pada pukul 02.00 WIB dini hari, delapan jam sebelum proklamasi.

Setibanya di Jakarta, mereka singgah di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda yang menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat tentara Kekaisaran Jepang.

Bung Karno kemudian menuliskan satu kalimat pembuka pada secarik kertas yang berbunyi:

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia.

Kalimat itu diambil dari rancangan pembukaan Undang-Undang Dasar yang dihasilkan pada 22 Juni 1945 oleh panitia kecil yang terdiri dari sembilan orang dan dibentuk oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Bung Hatta kemudian menambahkan kalimat kedua pada teks proklamasi itu. Menurutnya, kalimat pertama hanya berusaha menyatakan kemauan bangsa untuk menentukan nasib sendiri.

Oleh karena itu, harus ada pelengkapnya yang menegaskan bagaimana cara menyelenggarakan revolusi nasional.

Dengan dasar gagasan tersebut, ia pun menuliskan :

Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.