HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua SETARA Institute, Hendardi, mengatakan bahwa penetapan Kadiv Propam Nonaktif Irjen Pol Ferdy Sambo (FS) sebagai tersangka menunjukan Kapolri telah berhasil melalui ujian yang berat.

“Di tengah menurunnya kepercayaan publik pada institusi Polri, kasus ini sungguh menjadi ujian terberat bagi Kapolri, meskipun akhirnya Jenderal Listyo Sigit Prabowo lulus dari ujian tersebut,” kata Hendardi dalam keterangannya, Selasa (9/8).

Hendardi menyebutkan, bahwa penetapan FS sebagai tersangka oleh tim khusus (timsus) menunjukan kinerja yang transparan dan berbasiskan data sehingga dapat mengungkapkan keterlibatan perwira bintang dua tersebut.

“Penetapan Ferdy Sambo (FS) sebagai tersangka pembunuhan Brigadir J oleh Tim Khusus yang dibentuk Kapolri telah membuktikan bahwa diplomasi kejujuran, transparansi dan kinerja berbasis data telah mengantarkan pada kesimpulan dan fakta dengan bukti permulaan yang cukup bahwa telah terjadi pembunuhan atas Brigadir J yang melibatkan FS,” jelasnya.

Ia mengatakan, bahwa sebelumnya pihak kepolisian sempat terlihat berhati-hati karena kasus ini melibatkan perwira tinggi dan terdapat upaya menghalangi proses hukum yang sedang berjalan.

“Pada awalnya Polri sempat terkesan sangat berhati-hati, karena peristiwa tersebut menyangkut perwira tinggi Polri yang juga berprestasi dan adanya suatu upaya menghalangi proses penegakan hukum (obstruction of justice),” tuturnya.

Hendardi, melanjutkan, bahwa peristiwa ini memberikan banyak pelajaran bahwa anggota Polri dan penegak hukum lainnya juga dapat terlibat perbuatan pelanggaran hukum.

“Dalam sebuah korps, naughty cop dan clean cop akan selalu ada. Tetapi, sebagai sebagai sebuah instrumen penegakan hukum, institusi Polri tetap harus menjalankan tugas legal dan konstitusionalnya menegakan keadilan. Polri harus diawasi dan dikritik tetapi sebagai sebuah mekanisme tentu harus dipercaya,” ungkapnya.

Selanjutnya, tindakan Polri terhadap kasus ini dapat mencegah beredarnya dugaan liar dan politisasi yang mengarah pada kasus ini. Walaupun motif pelaku masih belum diketahui penetapan FS sebagai tersangka menunjukan kepemimpinan pihak kepolisian mengalami kemajuan yang pesat sehingga kestabilan keamanan tetap terjaga.

“Langkah maju Polri dalam penanganan kasus ini telah memutus berbagai spekulasi dan politisasi yang mengaitkan peristiwa ini dengan banyak hal di luar isu pembunuhan itu sendiri,” ucap Hendardi.

“Meskipun motif pembunuhan itu mungkin belum terungkap, tetapi penetapan tersangka atas FS telah memusatkan kepemimpinan penyidikan Polri mengalami kemajuan signifikan dan memutus politisasi oleh banyak pihak yang berpotensi menimbulkan ketidakstabilan politik dan keamanan,” sambungnya.

Terakhir, Hendardi percaya bahwa hal ini dilakukan bukan hanya untuk menjaga citra polisi namun juga untuk memperlihatkan bahwa keadilan masih dapat dipercaya.

“Capaian ini bukan hanya ditujukan untuk menjaga citra Polri semata tetapi yang utama menunjukkan bahwa kinerja instrumen keadilan ini masih bekerja dan dipercaya,” tutupnya.