HOLOPIS.COM, JAKARTA – Biro Pusat Statistik dan Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) AS mengalami kontraksi sebesar 0,9 persen pada kuartal II-2022.

Berdasarkan data tersebut, AS secara teknis seharusnya sudah masuk dalam jurang resesi, mengingat PDB AS pada kuartal I-2022 juga mengalami kontraksi sebesar 1,6 persen.

Sebagai informasi, fenomena resesi ditandai dengan PDB yang mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut.

Melansir dari Bloomberg, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen membantah negaranya telah masuk dalam jurang resesi. Yellen berpendapat, pelambatan ekonomi saat ini terjadi karena langkah agresif the Federal Reserve (the Fed) dalam menekan laju inflasi.

“Kami memang melihat pelambatan pertumbuhan yang signifikan. Tetapi resesi yang sebenarnya adalah pelemahan ekonomi yang luas, dan bukan itu yang kita lihat sekarang,” kata Yellen dalam konferensi pers (28/7).

Tak hanya Yellen, sejumlah pejabat Gedung Putih juga berupaya membantah pembicaraan tentang resesi. Adapun alasannya karena masih banyak sektor-sektor ekonomi AS yang masih menunjukkan kinerja positif.

“Penurunan tahunan 0,9 persen dalam PDB pada kuartal kedua mengecewakan tetapi tidak berarti ekonomi berada dalam resesi,” kata ekonom senior AS, Andrew Hunter.

Seperti diketahui, PDB di akhir tahun 2021 tercatat tumbuh sebesar 6,9 persen. Pertumbuhan itu terjadi ketika ekonomi mulai bangkit kembali dari pandemi Covid-19.

Namun, laju pertumbuhan yang cepat berkontribusi pada melonjaknya inflasi yang saat ini mencapai level tertinggi dalam 40 tahun. Sehingga, untuk menekan inflasi tersebut, the Fed melangkah lebih agresif dengan menaikkan suku bunga berkali-kali, terakhir kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 basis poin.

Dalam laporan PDB AS, salah satu penopang pertumbuhan ekonomi, yakni pengeluaran konsumen tercatat melambat, namun tetap tumbuh positif 1 persen secara tahunan.

Sementara itu, investasi residensial, atau konstruksi rumah, turun 14 persen secara tahunan seiring dengan perlambatan bisnis konstruksi. Selain itu, barang-barang kebutuhan sehari-hari yang direduksi belum terjual sepenuhnya.