HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Kepegawaian Negara (BKN) baru-baru ini telah melakukan survei terkait kinerja hingga kompetensi yang dimiliki Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia.
Hasil survei dari BKN pun cukup mengejutkan, di mana dari total 3,9 juta PNS yang bekerja di kantor pemerintahan, 35 persen diantaranya atau kurang lebih 1,36 juta ASN menunjukkan kompetensi dan berkinerja rendah.
Kepala BPN, Bima Haria Wibisana mengatakan, bahwa pihaknya telah kriteria kinerja ASN/PNS menjadi empat kategori. Di antaranya yakni kategori star (bintang), workhorse (kuda pekerja), trainee, dan deadwood (pekerja dengan kinerja dan kompetensi rendah).
Kategori star diartikan Bima sebagai ASN yang memiliki kompetensi tinggi dan berkinerja (performance) tinggi. Sementara itu workhorse diartikan sebagai ASN/PNS yang kompetensinya tinggi, namun performanya rendah.
“Workhorse itu skill full, tapi dia tidak mau bekerja kalau tidak dicambuk. Kuda itu tahu dia harus bekerja, tapi harus dicambuk,” jelas Bima dalam Rakornas Kepegawaian 2022, Jumat (22/7).
Kemudian ASN/PNS berkategori trainee adalah mereka yang memiliki motivasi dan performa tinggi, namun kompetensinya rendah.
“Orang-orang seperti ini perlu dikasih kesempatan untuk memiliki kemampuan,” ujarnya.
Adapun kategori terakhir, yakni deadwood (kayu mati) yang menurut Bima merupakan kategori untuk mereka yang paling tidak bisa diharapkan. Ia menjelaskan bahwa pekerja dengan kategori ini merupakan mereka yang mempunyai kompetensi dan kinerja rendah, sehingga mereka diibaratkan seperti kayu mati.
Namun sayangnya, hasil survei BKN menunjukkan bahwa ASN/PNS dengan kategori star hanya sejumlah 19,82 persen dari keseluruhan. Sementara ASN/PNS dengan kategori deadwood memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan ASN/PNS yang masuk kategori star.
“Jumlah PNS sekarang 3,9 juta orang, sudah turun dari sebelumnya 4,5 juta. Yang star itu hanya 19,82%. Bandingkan dengan deadwood ini hampir 35% (34,57%). Jadi, ASN di Indonesia itu hampir 35% deadwood,” jelas Bima.
“Kita berbicara world class bureaucracy, sedangkan SDM-nya seperti itu. Jadi, ini paradoks, harus kita segera selesaikan masalah ini. Tentu ini membutuhkan kebijakan yang panjang dan konsisten,” sambungnya.
DIa pun turut menyinggung perihal usia PNS di Indonesia. Ia mengatakan kategori generasi milenial masih minim yang bekerja sebagai PNS. Padahal, kata dia, struktur yang paling sehat seharusnya harus banyak diisi mereka yang berusia muda, bukan yang berusia tua.
Namun yang lebih miris, kebanyakan ASN di Indonesia yang menempuh jenjang pendidikan tinggi tak menjadi jaminan kemampuan yang dimilikinya akan tinggi. Hal itu terungkap dalam survei tersebut yang menunjukkan banyaknya ASN/PNS lulusan S1 dan S2 yang kompetensinya rendah.
“Kita masih punya banyak pegawai walaupun latar pendidikan S1 dan S2, tapi kompetensinya rendah. Latar belakang belakang pendidikan itu tidak berkorelasi dengan kompetensi,” tukas Bima.