Advertisement
Categories: Indepth

INDEPTH : Fenomena Fangirl, Penggemar Fanatik dan Hubungan Parasosial

Advertisement

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kalau mendengar kata fangirl, pasti yang langsung terbersit di pikiran kita adalah sekelompok penggemar cewek bahkan ribuan yang teriak histeris saat menonton idolanya di atas panggung atau hanya sekedar di layar kaca.

Di era 2010-an, istilah fangirl sangat kental dengan tren boyband yang sedang menjamur.

Mulai dari boyband asal Inggris One Direction, hingga boyband asal Korea Selatan seperti BTS, EXO, NCT, yang paling membuat para penggemar ‘lupa diri’ dan loncat-loncat kegirangan.

Apa sih bedanya fans biasa dan fangirl? Kedua kategori ini bisa dengan sangat mudah dibedakan.

Penggemar biasa, akan mencintai idola mereka dalam kadar sewajarnya saja, seperti mendengarkan lagu idola mereka di waktu senggang, dan menonton konser mereka jika memang memiliki waktu dan uang untuk membeli tiketnya.

Sedangkan fangirl, biasanya akan menunjukkan kesetiaan luar biasa dan rela menghabiskan seluruh uang dan waktunya untuk menonton sang idola.

Menurut artkel yang dirilis oleh koran The New York Times, para fangirl biasanya berusia 12 hingga 18 tahun yang masih belum menemukan jati diri sepenuhnya.

“Cukup dewasa untuk paham akan budaya, tapi belum dewasa untuk mempertanyakan diri mereka sendiri,” kata sebuah artikel yang ditulis oleh Jon Caramanica di tahun 2008.

Karena melihat banyak remaja muda sangat tergila-gila dengan berbagai boyband, banyak yang menilai negatif fenomena ini.

Elvis Presley dan para penggemar wanitanya di tahun 1960an.

Ada yang beranggapan bahwa boyband dan internet memberikan pengaruh negatif terhadap generasi muda.

Padahal, jika kita melihat sejarah, fenomena fangirl sudah ada sejak era Elvis Presley, The Beatles, hingga Michael Jackson di tahun 1960-an.

Lalu, apakah fenomena fangirl ini berbahaya dan bisa dihindari? Atau justru sesuatu yang wajar?

Hubungan Fenomena Fangirl dan Parasosial

Tak sembarang tergila-gila dengan seorang idola karena ketampanan/kecantikan dan karyanya, ternyata kegilaan para fangirl mencintai penggemarnya memiliki kaitan dengan sebuah teori psikologi yang bernama Parasosial.

Menurut Psikolog dan Dosen Psikologi Universitas Jayabaya, Dra. Lydia Indira M.Psi, parasosial dalam psikologi berarti sebuah pertemanan yang halu dan tidak nyata.

Fangirl selalu ikuti kegiatan idolanya, apalagi kehidupan pribadi yang kerap diekspos media, fangirl jadi merasa kenal dengan idola dan menjadi bagian penting dalam hidupnya,” kata Lydia.

Teknologi digital dan media sosial yang saat ini dikonsumsi secara rutin oleh masyarakat pun membuat fenomena ini semakin subur.

Page: 1 2

Share
Published by
Darin Brenda Iskarina

Recent Posts

Lirik Lagu, Wham! – Last Christmas dengan Bahasa Indonesia

Salah satu lagu Natal yang paling populer adalah Last Christmas. Lagu ini adalah karya dari…

57 menit ago

Hasil Seleksi Petugas Haji 1446 H Diumumkan Januari 2025

JAKARTA - Direktorat Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama menginformasikan bahwa pengumuman…

1 jam ago

Anak Denny Sumargo 100% Mirip Istri, Netizen : Bang Sabar Ya

Pasangan suami istri Denny Sumargo dan Olivia Allan saat ini sedang menikmati momen-momen indah menjadi…

1 jam ago

VIRAL : Mobil Ugal-ugalan Di Jalan Ala Dominic Toretto

Kamera dashboard yang ada di mobil terkadang bisa menjadi alat bukti yang sangat penting untuk…

2 jam ago

Sejarah Pohon Natal, Awal Mula Pohon Cemara Gemerlap Jadi Ciri Khas Christmas

Pohon Natal adalah salah satu simbol paling ikonik dalam perayaan Natal. Jika sudah memasuki waktu…

2 jam ago

Angka Kelahiran Rendah, Korea Selatan Jadi Negara ‘Lansia’

Meskipun menjadi negara dengan pendapatan tinggi dan mengalami kemajuan yang pesat dalam beberapa dekade belakangan…

2 jam ago