HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tanpa cadangan devisa untuk impor dan kegagalan membayar utang luar negeri sebesar 51 miliar dollar (sekitar 763 triliun rupiah), Sri Lanka mengalami kekurangan bahan bakar, obat-obatan dan kebutuhan pokok lainnya.

“Hampir 5 juta orang, sekitar 22 persen dari populasi membutuhkan makanan,” demikian dikatakan Program Makanan Dunia (World Food Programme), dilansir dari AFP, Senin (18/7).

Dari hasil penelitian terbaru mereka, 5 dari 6 keluarga di Sri Lanka terpaksa tidak makan, makan sedikit, atau membeli makanan yang tak layak.

Namun, ketersediaan makanan bukanlah menjadi isu utama, melainkan kemampuan masyarakat untuk membelinya.

Krisis ekonomi yang dialami Sri Lanka menggerakkan masyarakatnya untuk menjatuhkan sang mantan presiden, Gotabaya Rajapaksa.

Menghindari amuk masa para pengunjuk rasa, Rajapaksa kabur dari negaranya dan mengirimkan surat pengunduran diri dari surel.

Saat ini, Sri Lanka sedang dalam proses mencari presiden baru. Untuk sementara, kursi kepresidenan dipegang oleh Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe.