HOLOPIS.COM, CILACAP – Wilayah Kabupaten Cilacap dan Banyumas berpotensi alami kemunduran musim kemarau, karena sampai dengan saat ini wilyah tersebut masih banyak terjadi hujan.

“Saat ini jika dalam kondisi normal seharusnya sudah memasuki musim kemarau, tetapi ternyata masih banyak terjadi hujan,” kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi (Stamet) Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, Kamis (14/7).

Masih banyaknya curah hujan, dikarenakan faktor cuaca lokal bukan karena fenomena La Nina. Hingga Kamis pagi, hujan intensitas sedang turun dengan curah sebesar 41 milimeter.

“Indeks Enso hari ini tercatat negatif 0,26 atau netral, sehingga tidak ada pengaruh La Nina. Bila dilihat dari faktor cuaca lokal, terlihat adanya kelembapan relatif yang tinggi didukung dengan nilai indeks labilitas lokal yang kuat mendukung proses konvektif di wilayah Jawa Tengah,” katanya.

Selain itu, kata dia, Dipole Mode Index (DMI) atau fenomena interaksi laut dengan atmosfer di Samudra Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai suhu permukaan laut antara pantai timur Afrika dan pantai barat Sumatra bernilai negatif 1,14. Dalam hal ini, lanjut dia, DMI dianggap normal ketika nilainya positif 0,4.

“DMI saat ini bernilai negatif (negatif 1,14, red.) yang berarti suplai uap air dari wilayah Samudra Hindia ke wilayah Indonesia bagian barat signifikan, sehingga berdampak terhadap terjadinya hujan,” katanya.

Di samping itu, kata dia, anomali suhu permukaan laut sekitar Laut Jawa berkisar 1-3 derajat Celcius yang berarti ada potensi penguapan atau penambahan massa uap air di daerah sekitar Laut Jawa.

Oleh sebab itu, lanjut dia, musim kemarau saat sekarang bersifat di atas normal karena masih banyak hujan dan berpotensi mengalami kemunduran.

“Seperti contoh di Cilacap, Banyumas, dan sekitarnya sampai dengan bulan Juli ini masih terjadi hujan, sehingga musim kemarau mundur dari normalnya,” kata Teguh.