HOLOPIS.COM, JAKARTA – Sejak pertama kali diluncurkan pada 17 Agustus 2019, pengguna Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) tecatat sebanyak 18,7 juta. Dari total tersebut, sebanyak 90 persen adalah pelaku UMKM.
“Dari total tersebut sebanyak 90 persen adalah UMKM,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo (11/7).
Perry menjelaskan, tahun ini ditargetkan sebanyak 30 juta pedagang dan pengguna QRIS. Selain itu, ia juga mengatakan tiga tahun mendatang ditargetkan sebanyak 65 juta pengguna.
Penggunaan QRIS ini, sejalan dengan cepatnya perkembangan e-commerce khususnya di Indonesia. Angkanya naik ditahun 2022, sebesar 31 persen menjadi menjadi Rp 536 triliun.
Uang elektronik, juga diperkirakan akan alami peningkatan di tahun ini sebesar 18 persen atau mencapai Rp 360 triliun.
Selain itu seluruh layanan perbankan digital pada tahun ini diproyeksikan meningkat Rp51.000 triliun atau naik 26 persen.
“Kemajuan ini bisa memperkuat ekonomi kita. Elektronifikasi bantuan sosial serta transaksi keuangan daerah dan berbagai moda transportasi adalah digitalisasi, ini sinergi dan kolaborasi to get things done,” tutur Perry Warjiyo.
Selain itu, Blueprint Digitalisasi Sistem Pembayaran Indonesia diluncurkan pada 2019. Langkah tersebut dilakukan, untuk mendukung penuh arahan Presiden Joko Widodo untuk melakukan digitalisasi ekonomi dan keuangan di Tanah Air.
Kemudian, untuk transaksi ritel yaitu BI Fast Payment juga telah diluncurkan pada tahun lalu. Pada tahun ini BI juga akan bekerja sama dengan negara-negara ASEAN-5 untuk QRIS antarnegara, fast payment, dan kerja sama mata uang lokal.
“Di sinilah BI mendukung penuh untuk melakukan digitalisasi pembayaran guna mempercepat digitalisasi ekonomi dan keuangan Indonesia,” tegas Perry Warjiyo.
Dengan sinergi dan kolaborasi erat, Indonesia berhasil selamat dari COVID-19 lantaran sangat didukung oleh cepatnya ekonomi dan keuangan digital Indonesia.